Keesokan harinya, Kiara hampir telat datang ke sekolah ( walaupun sebenarnya ia tidak peduli, ia dateng telat atau tidak). Ia langsung memarkirkan mobilnya di parkiran d’girls. Jesica dan Salsa sedang duduk-duduk dekat parkiran d’girls. Melihat ada mobil yang tidak mereka kenal memarkirkan mobilnya di parkiran mereka, Jesica dan Salsa langsung menghampiri mobil tersebut.
“Eh, lo ga tau ini tempat siapa? Jangan parkir disini” kata Salsa sambil mengetuk-mengetuk mobil tersebut. “Jadi gw ga boleh parkir disini?” tanya Kiara sambil keluar dari dalam mobilnya.
“Eh lo Ra, gw kira siapa, ini mobil dari bokapnya Revan?” tanya Jesica. Kiara hanya mengangguk.
“Ini Ferrari kan? Typenya apa?” tanya Salsa sambil melihat mobil Kiara yang baru lagi.
“Ferrari Scuderia Spider 16M” jawab Kiara sambil mengunci mobil itu. “Wow? Ini bukannya belom keluar Ra?” tanya Jesica.
“Emang belom, tapi gw juga ga tau, bokapnya Revan bisa dapet darimana” jawab Kiara sambil berjalan ke dalam sekolah.
Ternyata Clara telah menunggu mereka di depan kelas. “Kemana aja lo Ra?” tanya Clara ketika melihat Kiara, Jesica dan Salsa dateng. “Sorry kecapean gw” jawab Kiara.
“Lo hari ini ga ikut belajar karena harus latihan, dan lo berdua juga ga ikut belajar” kata Clara. “Emang kita mau ngapain?” tanya Salsa. “Bantuin gw, nyiapin segala sesuatunya” jawab Clara.
Tiba-tiba Stella dan Desi datang. “Kiara, ganti baju sekarang, kita mulai latihannya” kata Desi. “Ok, gw ganti baju dulu, lo tunggu di lapangan” jawab Kiara.
Kiara pun mengganti bajunya. Setelah ganti baju, Kiara langsung ke lapangan. Kiara dan yang lainnya pun memulai latihannya. Mereka hanya pemanasan dan melatih ketepatan shoot mereka ke dalam ring. Tembakan Kiara hampir tidak ada yang meleset. Ketika mereka sedang latihan, tiba-tiba pak Hadi, Pembina KIR, datang menghampiri Kiara.
“Kiara” panggil pak Hadi dari pinggir lapangan. “Eh lo lanjutin dulu latihannya, gw kesana bentar” kata Kiara kepada teman-temannya sambil berjalan mendekati pak Hadi. “Ada apa ya pak?” tanya Kiara sambil mengambil minuman dari dalam tasnya.
“Gini, nanti sore kita ada persiapan untuk lomba KIR minggu depan, bapak harap kamu bisa ikut persiapan tersebut” jawab pak Hadi. “Jam berapa pak?” tanya Kiara.
“Jam 1” jawab pak Hadi. “Tapi pak, saya baru selesai tanding jam 2, kalo saya dateng jam segitu boleh?” tanya Kiara. “Terserah, yang penting kamu dateng” jawab pak Hadi. “Makasih pak” kata Kiara.
“Semoga tim kamu menang” kata pak Hadi sambil berjalan meninggalkan Kiara. Kiara pun kembali ke lapangan. Ia mulai memainkan bolanya. Mereka serius latihan. Jesica dan Salsa memperhatikan permainan Kiara.
Mereka sangat kagum melihat gerakan-gerakan Kiara dalam menguasai bola. Tembakan-tembakannya yang hampir selalu masuk membuat Jesica, Salsa serta yang lainnya kagum. Selesai latihan, mereka beristirahat sebentar, karena jam 11 mereka harus bertanding. Kiara pun masuk ke dalam sekolah untuk beristirahat di ruang olahraga.
“Kiara, sumpah lo keren banget” kata Salsa sambil duduk di sebelah Kiara. “Thanks” jawab Kiara sambil tersenyum.
“Tapi Ra, kenapa muka lo kayak cemas gitu?” tanya Jesica. “Gw takut kalah” jawab Kiara.
“Walaupun kalah, yang penting kita udah usaha” kata Clara yang tiba-tiba sudah ada diantara mereka.
“Iya gw tau, tapi apa kata orang kalo sampe tim kita kalah?” tanya Kiara.
“Lo tenang aja deh, dari jaman basket cewek berdiri, kita baru menang 3 kejuaraan” jawab Clara. “Hey, kita udah menang 4 kejuaraan” kata Kiara.
“Iya, dan 2 kejuaraan kita bisa menang karena lo, inget waktu gw cedera dulu?” tanya Clara sambil mengingat masa lalu.
******
6 bulan yang lalu, Sejak pertama kali Kiara masuk ke tim basket, Clara tau, kemampuan Kiara melebihi kemampuan pemain lainnya. Dan ketika ada pemilihan tim inti, Clara membujuk Kiara agar ikut seleksi itu. Saat itu hanya Clara yang bisa melihat kemampuan Kiara, sedangkan yang lainnya masih menyepelekannya.
“Clara itu bukannya anak kelas X? dia mau ikut seleksi tim inti?” tanya salah seorang pemain tim inti lama. “Iya” jawab Clara yakin.
“Lo yakin dia mampu? Dia tuh baru kelas X, bisa apa dia?” tanya pemain lainnya. “Gimana kalo kita coba?” tanya Clara.
“Harus ada taruhannya” jawab pemain lainnya. “Apa taruhannya?” tanya Clara. “Lo mundur dari basket” jawab yang lainya. Clara diam sejenak. “Ok gw setuju” jawab Clara yakin.
Kiara yang dari tadi berdiri di belakang Clara, berjalan ke arah Clara. “Ga ada taruhan yang lain?” tanya Kiara yang akhirnya bicara. “Lo mau taruhan apa anak baru?” tanya Sandra salah satu pemain terbaik SMA Labschool.
“Lo punya mobil kan?” tanya Kiara. “Punya, kenapa?” tanya Sandra. “Taruhannya mobil lo+mobil gw, gimana?” tanya Kiara.
“Mana mobil lo?” tanya Sandra. Kiara menunjuk sebuah mobil yang ada di parkran sekolah. BMW sport warna merah. “Ok gw setuju” jawab Sandra. “Maennya 2 on 2, peraturan streetball, gimana?” tanya Kiara.
“Streetball?” tanya Clara kaget. “Iya, lo tau kan peraturan streetball?” tanya Kiara. Clara dan yang lainnya menggeleng. Begitu juga Sandra.
“Peraturannya sama kayak basket biasa, tapi di streetball kontak fisik diperbolehkan, gimana?” tanya Kiara.
“Lo yakin Ra?” tanya Clara agak cemas. Kiara hanya mengangguk. “Ok gw setuju” jawab Sandra.
Mereka pun mulai bermain. Clara dan Kiara satu tim. Sedangkan Sandra dan Julia satu tim. Permainan pun dimulai. Pada babak pertama, Kiara dan Clara kalah. Sandra dan Julia mendominasi permainan.
“Ra, lo kok maennya ga serius?” tanya Clara sedikit emosi. “Tenang, belom saatnya” jawab Kiara santai.
“Tapi lo tau kan apa yang lo taruhin tadi?” tanya Clara. Kiara hanya mengangguk sambil mengelap keringat yang mengucur.
Permainan pun kembali dimulai. Pada babak kedua ini, Kiara mengeluarkan kemampuannya. Sandra, Clara, Julia dan yang menonton permainan itu dibuat terkagum-kagum. Permainannya dalam menguasai bola sangat luwes. Kemampuan Kiara dan Clara jika digabungkan menjadi boomer yang sangat kuat.
Keduanya memiliki pengusaan bola yang baik dan tembakan yang hampir jitu. Duet permainan Kiara dan Clara sangat memukau dan membuat Sandra dan Julia yang notabene merupakan pasangan maut tim basket putri menjadi kewalahan. Pada akhirnya, Kiara dan Clara yang memenangkan pertandingan itu.
“Gw ngaku kalah, lo berdua emang hebat dan lo Kiara, lo pantes masuk tim inti dan ini kunci mobil gw, sekarang ini punya lo” kata Sandra sambil memberikan kunci mobilnya.
“Gw ga perlu mobil lo, jadi ambil aja” jawab Kiara sambil mengembalikan kunci yang dipegangnya. “Tapi kan, ini lo yang menang, dan lo berhak” kata Sandra.
“Ga, udah, tenang aja” jawab Kiara sambil tersenyum. “Kiara, Clara” panggil pak Dimas, pelatih basket. Kiara dan Clara menghampiri pak Dimas. “Kenapa pak?” tanya Clara. “Kiara, kamu masuk tim inti dan kamu Clara menjadi kapten tim basket perempuan yang baru” jawab pak Dimas.
“Serius pak?” tanya Clara senang. “Iya, dan permainan kalian berdua tadi sangat memukau, saya minta di pertandingan-pertandingan yang akan datang, kalian bisa menggantikan Sandra dan Julia yang terkenal sebagai duet maut lapangan” jawab pak Dimas.
“Baik pak, kami akan berusaha” kata mereka. Mulai saat itu, di setiap pertandingan mereka selalu melakukan duet mautnya. Tapi dengan formasi yang berbeda-beda. Kiara juga dekat dengan semua anak basket karena peristiwa itu. Mulai dari para junior, hingga para senior.
Sampai ketika, Clara selaku kapten tim basket cewek, mengalami cedera saat melawan SMA Ricci 1 di pertandingan final. Kiara yang waktu itu sudah menjadi satu-satunya anak kelas X yang menjadi pemain inti, melakukan show off untuk mempertahankan kedudukan SMA Labschool yang saat itu memimpin pertandingan. Ia pun melakukan show off selama 2 quarter pertandingan dan mereka pun dapat menjuarai kejuaraan tersebut.
******
“Kiara kalo bukan karena lo, kita ga akan menang” kata Clara. Kiara hanya diam.
“Gini, kalo misalnya lo menang, lo traktir kita, kalo lo kalah, selama 2 bulan lo ga boleh ikut basket, gimana?” tanya Clara. Kiara hanya tersenyum.
“Tapi inget Ra, tarkit udah tau kelemahan-kelemahan kita, ini pertandingan perdana buat kejuaraan yang baru” kata Clara.
“Makanya gw dari tadi cemas” jawab Kiara. “Udah lo tenang aja, pokoknya inget pesen gw” kata Clara. Kiara hanya mengangguk.
Tepat jam 11, pertandingan dimulai. Quarter pertama, SMA Tarakanita menggempur habis-habisan dan mencederai guard dan center SMA Labschool. Ketika quarter pertama selesai, kedudukan 24-29 dengan keunggulan SMA Labschool.
Babak kedua dimulai. Kiara mulai menunjukan kemampuannya. Hampir selama babak kedua, Kiara selalu show off, karena hampir semua pemain inti mereka cedera. Jesica, Salsa dan Clara yang memperhatikan pertandingan itu dari bangku penonton yang berada persis di belakang pemain cadangan SMA Labschool berkumpul, mulai merasa cemas.
Babak 2 usai, kedudukan dipimpin oleh SMA Tarakanita dengan nilai 48-47. Babak ketiga dimulai. Kiara menjadi sasaran hantaman para pemain Tarakanita. Ia sempat beberapa kali terjatuh dan ia masih bisa bertahan.
“Jes, Sa, lo bisa maen basket kan?” tanya Clara. “Bisa, tapi ga jago” jawab Jesica. Ia pun berjalan dan menemui pelatih basket. Tak lama kemudian, ia kembali lagi menemui Jesica dan Salsa. “Nih, lo berdua ganti” kata Clara sambil memberikan seragam tim basket.
“Buat apa?” tanya Salsa. “Udah cepet ganti” jawab Clara. Mereka pun ganti baju. Setelah ganti baju, Clara menemui pelatihnya.
“Bener ga pa-pa?” tanya pelatihnya. “Ga pa-pa kok” jawab Clara. SMA Labschool pun minta time out. Kiara pun berjalan ke pinggir lapangan.
“Clara, lo maen?” tanya Kiara. “Iya, mau gimana lagi” jawab Clara. “Terus, mereka berdua ngapain?” tanya Kiara bingung melihat kedua temannya ada di lapangan. “Mereka akan jadi guard” jawab Clara.
“Lo yakin?” tanya Kiara agak ragu. “Gw yakin. Kita bakalan maen kayak dulu lagi” jawab Clara. “Maksud lo?” tanya Kiara bingung.
“Kita pake stategi duet maut kita, tapi formasi lama” jawab Clara. Kiara mengerti. Mereka akan memulai aksi-aksi memukau mereka. Time out selesai.
Mereka pun melanjutkan pertandingan. Saat ini Kiara menempati tempat lamanya sebagai forward, karena selama ini, Kiara menjadi center. “Wah, formasi lama duet maut Kiara dan Clara” kata salah seorang penonton.
“Udah lama kita ga liat formasi lama duet maut lapangan” jawab yang lainnya.
Pasangan duet maut lapangan ini membuat para pemain SMA Tarakanita kewalahan. Karena selama ini Kiara dan Clara mengganti formasi mereka. Poin demi poin pun tercetak. SMA Labschool dapat mengejar ketinggalannya. Beberapa menit terakhir, ketika Kiara sedang mendribble bola, salah satu pemain belakang Tarakanita mendorong Kiara. Kiara pun terjatuh. Kiara berusaha bangun, tapi tangan kirinya terasa sakit.
“Kiara lo ga pa-pa?” tanya Jesica cemas. “Tangan gw Jes” jawab Kiara sambil memegangi tangan kirinya. “Lo di gantiin ya?” tanya Clara.
“Ga usah, nanti juga sembuh sendiri” jawab Kiara. mereka pun melanjutkan pertandingan.
******
Selesai pertandingan, Kiara datang ke persiapan lomba KIR minggu depan. Di lab kimia telah berkumpul anak-anak KIR yang akan mengikuti lomba. “Pak, Kiara mana sih?” tanya salah seorang siswa.
“Kiara masih ikut pertandingan basket” jawab pak Hadi. “Pak ga bisa gitu dong, kita udah disini dari jam setengah satu, sekarang udah jam setengah tiga dan kita cuma nunggu dia?” tanya siswa yang lain
“Pak, kenapa bapak pengen banget dia ikut lomba KIR sih?” tanya yang lainnya. “Karena dia pemegang peringkat pertama masuk sini” jawab pak Hadi.
“Tapi itu bukan jaminan pak, siapa tau dia udah tau bocoran soal ujian, secara dia cucu tunggal pemilik sekolah ini gitu, jadi apapun bisa dia lakuin” kata siswa yang lain.
“Selain itu, dia juga sahabatnya Salsa, Salsa kan keponakan kepsek, jadi bisa aja” lanjut siswa yang lain.
“Kita juga yakin pak, anak-anak d’girls pasti dapet bantuan nilai dari guru, nilai mereka ga mungkin murni, Kiara sebagai cucu pemilik sekolah, Salsa keponakan kepsek dan Jesica penyumbang dana terbesar kedua setelah Kiara, pasti selalu dapet perlakuan istimewa dari sekolah” tambah yang lainnya.
“Pak, udah terlalu banyak perlakuan istimewa buat mereka, mulai dari parkiran khusus, sampe tempat mereka yang khusus di kantin” tambah yang lainnya.
“Oh jadi selama ini lo semua ga suka? Dan asal lo tau, gw dan temen-temen gw ga kayak gitu!” kata Kiara dari depan pintu lab dengan tangan yang di balut perban.
“Kiara?” kata pak Hadi kaget. “Pak saya ga akan ikut lomba KIR, saya keluar!” kata Kiara sambil berjalan meninggalkan lab kimia.
Kiara pun langsung menuju tempat parkiran d’girls. Ternyata Clara, Jesica dan Salsa masih berkumpul di depan. “Cepet banget Ra?” tanya Jesica bingung.
“Gw ga jadi ikut lomba KIR” jawab Kiara kesal. “Lho kok ga ikut Ra? Emang kenapa?” tanya Clara bingung. “Eh ngumpul di base camp aja yuk? Biar Kiara cerita disana” saran Salsa.
“Boleh, gimana Ra?” tanya Jesica. Kiara hanya mengangguk. “Clara, ikut yuk?” ajak Salsa. “Gw boleh ikut? Gw kan bukan anak d’girls?” tanya Clara.
“Lo udah kita anggep bagian dari d’girls kok” jawab Kiara. “Tapi Ra, lo kan lagi cedera kayak gini masa mau bawa mobil?” tanya Jesica.
“Lo ga bawa mobil kan Cla?” tanya Kiara sambil melihat ke Clara. Clara hanya menggeleng.
“Kalo gitu, lo yang nyetir” kata Kiara sambil memberikan kunci mobilnya kepada Clara.
“Tapi gw ga pernah bawa mobil sport kayak gini” kata Clara.
“Sama aja kok kayak mobil biasa, ntar lo juga bisa” jawab Kiara sambil masuk ke mobilnya. Mereka pun membawa mobilnya masing-masing. Mereka menuju base camp d’girls.
Sesampainya disana, mereka langsung menuju base camp mereka . “Ra, cerita dong, kenapa lo ga ikut lomba KIR?” tanya Salsa penasaran.
“Males, anak-anaknya ga mau gw ikut lomba KIR, tadi mereka protes gw dateng telat, selaen itu, mereka bilang gw bisa dapet peringkat pertama masuk sana karena gw udah tau bocoran soalnya! Selaen itu mereka ngejelekin d’girls” jawab Kiara sedikit kesal.
“Hah? Mereka ngejelekin d’girls?” tanya Salsa kaget.
“Iya, ternyata selama ini anak-anak KIR selalu ngomongin kita dibelakang, so mereka udah siap untuk segala resikonya” jawab Kiara.
“Maksudnya?” tanya Clara tidak mengerti apa yang dikatakan Kiara barusan.
“Tapi Ra, apa ga pa-pa lo ga ikut lomba itu?” tanya Jesica. “Bodo amat! Gw ga peduli!” jawab Kiara. “Kok lo ga peduli sih Ra?” tanya Clara bingung.
“Udah ah, males gw ngebahas ini” jawab Kiara mulai kesal. “Ra, tangan lo gimana?” tanya Jesica mencoba untuk mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tau sifat Kiara yang mulai kesal.
“Masih sakit sedikit” jawab Kiara sambil memegangi tangan kirinya yang terbalut perban.
“Ra, kalo sampe minggu depan tangan lo masih harus di balut, terpaksa lo belom boleh maen” kata Clara.
“Tenang aja, minggu depan gw pasti udah sembuh” jawab Kiara sambil tersenyum. Padahal didalam hatinya ia bingung, ‘apa mungkin minggu depan tangannya telah pulih?’. Tiba-tiba HP Kiara berbunyi.
“Eh bentar ya, gw angkat telepon dulu” kata Kiara sambil berjalan keluar. “Sa, bahaya nih anak-anak KIR” kata Jesica. “Maksudnya?” tanya Clara.
“Kiara paling benci banget kalo ada yang bilang kalo dia masuk Labschool karena dia anak pemilik sekolah, dan semua nilai dia ga murni” jawab Salsa
“Ditambah lagi ternyata mereka ini ga suka sama d’girls” tambah Jesica.
“Terus bahayanya?” tanya Clara bingung. Maklumlah, Clara baru dekat dengan anak-anak d’girls.
“Kita takut KIR bakalan di hapus dari daftar ekskul di sekolah” jawab Jesica. “Kok bisa gitu?” tanya Clara.
“Ini udah sifatnya Kiara, dia paling benci orang-orang yang ngomongin d’girls, sahabat-sahabatnya pas SMP dan keluarganya” jawab Salsa.
“Dan yang lebih parahnya lagi, kayaknya Kiara bakalan ngucilin mereka dari pergaulan Labschool sampe mereka keluar sendiri, soalnya Kiara udah bener-bener marah sama mereka” tambah Salsa.
“Tau Dinda sama Sitha kan? Anak X4” tanya Jesica. “Iya, gw tau, anak kelas X yang keluar kan? emang kenapa?” tanya Clara.
“Lo tau apa sebabnya mereka keluar?” tanya Salsa. Clara hanya menggeleng. Salsa pun menceritakan semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar