5 bulan yang lalu, Kiara dateng ke sekolah terlalu pagi. Saat itu, Kiara masih diantar jemput oleh supir. Ia duduk-duduk dulu di depan kelas. Salsa dan Jesica juga belom dateng. Karena teman-temannya belom juga dateng, Kiara masuk ke kelas untuk menaruh tas. Ketika sedang di dalam kelas, ia mendengar Dinda dan Sitha datang. Mereka duduk di depan kelas. Ketika Kiara ingin keluar, ia mendengar Dinda dan Sitha sedang membahas Kayla dan Keisya, sahabat Kiara sejak SMP.
“Sit, untung ya kita bisa masuk sini, anak dari SMP kita yang bisa masuk sini kan dikit banget, cuma kita berdua sama Kiara satu lg, itu juga mungkin karena dia cucu tunggal pemilik sekolah kali” kata Dinda.
“Iya sih, tapi untung deh, cuma kita bertiga aja, coba tuh si Kayla sama Keisya masuk sini, males banget gw” jawab Sitha.
“Iya bener, kalo mereka berdua masuk sini bukan sekolah elite lagi dong?” tanya Dinda sambil ketawa.
“Iya bener, mereka bisa masuk sini juga, mau bayaran sekolah pake apa? Jual diri mereka?” tanya Sitha sambil tertawa. Dinda juga ikutan tertawa. Kiara yang mendengar dari dalam kelas mulai terpancing emosinya. Tapi ia berusaha untuk menahan perasaan marahnya.
“Denger-denger waktu SMP juga, mereka ga bayaran karena Kiara yang ngebayar semuanya, mereka bisa ya, nyari temen yang tajir buat ngebayarin uang sekolah mereka” kata Dinda.
“Iya sih, gw juga denger, terus kalo jalan katanya selalu Kiara yang ngeluarin uang, mereka cuma ikutan jalannya aja” jawab Sitha.
“Lo inget ga waktu Keisya jadi model iklan sama maen film? Si Kiara sama Kayla udah heboh banget, eh ternyata, dia cuma jadi figuran doang” tambah Sitha sambil tertawa. Dinda pun ikutan tertawa.
“Dasar ya Kiara, mau aja bertemen sama orang yang kayak gitu” kata Dinda. “Kenapa kita ga coba gabung sama d’girls? Siapa tau kita bisa kayak Kayla sama Keisya, ga bayar sekolah, jalan-jalan gratis, ya ga?” tanya Sitha. Dinda hanya mengangguk sambil tertawa.
“D’girls beda, mereka semua tajir-tajir, tapi kalo Kayla sama Keisya? Mereka orang miskin” kata Dinda. Kiara udah ga bisa menahan emosinya lagi. Ia langsung berjalan keluar.
“Dinda! Sitha!” bentak Kiara. “Kiara? Lo kok ada disini?” tanya Dinda kaget. “Kenapa? Kaget lo?” tanya Kiara.
Mereka berdua hanya diam. “Jadi selama ini pikiran lo berdua, kalo Keisya sama Kayla cuma manfaatin gw doang?” tanya Kiara.
Mereka berdua tidak berani bicara. “Jawab! Jangan ngomongin orang dibelakangnya aja” bentak Kiara. “Iya” jawab Sitha.
“Owh gitu, dan lo berdua bersyukur mereka berdua ga masuk sini?” tanya Kiara marah. Ia sangat membenci orang yang membicarakan teman-temannya dibelakang mereka.
“Iya, kita bersyukur mereka ga masuk sini, kalo mereka masuk sini namanya bukan sekolah elite lagi dong? Jadinya cuma sekolah biasa, karena sembarangan orang bisa masuk sini” jawab Dinda.
“Kalaupun mereka masuk sini, mereka mau bayar pake apa Ra? Ngejablai?” tanya Sitha. “Sialan lo!” kata Kiara sambil menampar Sitha.
Tiba-tiba Jesica dan Salsa datang. “Ada apaan sih? Kok pagi-pagi udah ribut?” tanya Jesica bingung.
“Lo kenapa nampar gw Ra? Emang gw salah apa?” tanya Sitha. “Lo nanya lo salah apa?” tanya Kiara emosi.
Tiba-tiba Kiara menampar Sitha lagi. Jesica dan Salsa keget. “Kiara, ada apaan sih?” tanya Salsa bingung. “Lo berdua tuh sialan ya? Ngatain orang tapi ga nyadar? Ga punya kaca ya?” tanya Kiara sinis.
“Emang kita salah apa? Kita ngomong apa pendapat kita berdua” kata Dinda. “Salah banget! Karena yang lo omongin adalah sahabat-sahabat gw! Dan jangan anggep kerena lo berdua masuk sini lo jadi lebih dari mereka!” bentak Kiara.
“Tapi emang kita lebih dari mereka, buktinya kita mampu sekolah disini” jawab Sitha. “Iya mampu sekolah disini karena lo berdua nyogok kan??” tanya Kiara. Mereka berdua langsung diam.
“Kenapa diem? Malu ya?” tanya Kiara. “Kiara ada masalah apa sih sebenernya?” tanya Jesica. Kiara masih tidak menjawabnya.
“Asal lo tau, gw lebih seneng kalo Kayla sama Keisya yang sekolah disini, dibandingin lo berdua, karena mereka lebih punya otak dibanding lo berdua” kata kiara.
“Mereka punya otak, tapi ga punya duit, sama aja boong” jawab Dinda. “Tetep aja mereka ga akan mampu untuk sekolah disini” tambah Sitha.
“Mereka tuh cuma orang miskin yang ga punya uang yang ngandelin temnnya buat sekolah sama jalan-jalan” kata Dinda. “Cukup! Sekali lagi lo ngatain mereka…” kata Kiara.
“Lo mau apa? Jangan karena lo cucu tunggal pemilik sekolah, lo bisa macem-macem” kata Sitha. “Dan lo Ra, belom tentu lo masuk sini tanpa bantuan dari guru-guru disini” kata Dinda.
Tiba-tiba Kiara menampar Dinda dan Sitha bergantian. “Buat mulut lo yang ga bisa dijaga” kata Kiara.
“Satu hal yang perlu lo tau, gw masuk sini dengan usaha gw sendiri, ga ada bantuan dari siapa-siapa. Kayla dan Keisya sebenernya bisa untuk sekolah disini, tapi mereka nolak, dan lo tau apa, sebenernya mereka ga semiskin yang lo berdua kira” tambah Kiara masih emosi.
“Maksud lo Ra?” tanya Sitha. “Lo tau perusahaan tempat orangtua lo berdua kerja, itu sebenernya punya mereka, mereka sengaja ga bilang, karena mereka ga sombong kayak lo berdua” jawab Kiara. Sitha dan Dinda langsung diam.
“Kaget kan lo berdua, dan sebenernya gw bisa dengan gampang ngeluarin lo berdua dari sini, tapi gw ga akan ngelakuinnya” kata Kiara.
“Gw kasih pilihan ke lo, lo mau keluar dari sini dengan sendirinya atau gw yang ngeluarin lo berdua dengan gossip yang ngebuat orangtua dan lo berdua malu” tambah Kiara.
“Tapi kenapa kira harus keluar?” tanya Dinda. “Karena gw ga mau ngeliat lo disini, males gw ngeliat lo tiap hari, jadi pilihan lo berdua apa? Keluar apa dikeluarin?” tanya Kiara.
“Kita keluar sendiri” jawab mereka berdua.
******
“Lo ngerti kan Clara?” tanya Salsa. Clara hanya mengangguk. “Jadi, kita liat apa yang bakalan terjadi sama anak-anak KIR” kata Jesica.
“Eh sorry lama, tadi nyokap telepon” kata Kiara sambil duduk disebelah Jesica. “Ga pa-pa kok” jawab Jesica. “Nyokap lo kenapa Ra?” tanya Salsa.
“Ga pa-pa, Cuma nanyain kabar gw doang, sama nanyain gw lagi ada dimana” jawab Kiara. “Lo cerita soal tangan lo ini?” tanya Clara.
“Ga” jawab Kiara. “Kenapa ga Ra?” tanya Jesica. “Mau heboh nanti nyokap gw? Mendingan ga gw kasih tau” jawab Kiara.
“Ra, besok lomba KIR kan?” tanya Clara. “Tau deh, bodo amat gw” jawab Kiara. “Eh Ra, makan yuk?” ajak Jesica. “Makan dimana?” tanya Kiara.
“Tempat biasa aja” jawab Salsa. “Boleh tuh, udah lama juga kita ga kesana” jawab Kiara.
“Emang pada mau kemana sih?” tanya Clara. “Ke tebet, disana ada tempat makan favorite kita” jawab Jesica.
Mereka pun berangkat kesana. Kiara dan Clara satu mobil, sedangkan Salsa dan Jesica membawa mobilnya masing-masing. Sesampainya disana, mereka langsung turun dan duduk di meja favorit mereka. “Halo mas Dimas” sapa Jesica.
“Hai, Baru keliatan lagi nih? Kemana aja?” tanya mas Dimas. “Iya nih, lagi sibuk” jawab Kiara.
“Tangan lo kenapa Ra?” tanya mas Dimas. “Abis tanding basket dia” jawab Salsa. “Menang apa kalah nih?” tanya mas Dimas.
“Menang dong” jawab Kiara. “Wah, selamat ya, berarti lo gw diskon hari ini” kata mas Dimas. “Serius nih?” tanya Salsa.
“Serius gw, eh ada tambahan nih di genk lo?” tanya mas Dimas. “Iya, kenalin namaya Clara, dia kapten tim basket cewek di sekolah gw” jawab Kiara sambil memperkenalkan Clara.
“Oh jadi ini duet mautnya Kiara kalo lagi ada di lapangan basket?” tanya mas Dimas. Kiara hanya mengangguk.
“Mau pada pesen apa nih? Yang biasa?” tanya mas Dimas. “Iya, lo mau apa Cla?” tanya Jesica. “Samain aja deh” jawab Clara.
“Owh ok, berarti pesenan kayak biasa 4, ada yang laen ga?” tanya mas Dimas. “Itu dulu kali ya, ntar gampang lah kalo mau nambah” jawab Salsa.
“Ok, di tunggu ya” kata mas Dimas sambil masuk ke dalam café. “Itu siapa Ra?” tanya Clara. “Owh itu namanya mas Dimas, dia yang punya café ini” jawab Kiara.
“Kok lo bisa kenal sama dia?” tanya Clara. “Dulu, kita sering banget kesini, dan kenalan sama dia, terus Jesica juga sempet jadian sama dia” jawab Salsa. “Serius? Lo pernah jadian sama dia?” tanya Clara.
Jesica hanya mengangguk. “Owh pantes aja, keliatan deket banget” jawab Clara. Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan datang. “Ini makanannya” kata mas Dimas. “Makasih ya mas” kata Jesica.
“Tumben cepet banget?” tanya Salsa. “Iyalah, gw nyuruh kokinya masak punya lo duluan baru yang laen, soalnya tampang lo semua kayak orang kelaperan” kata mas Dimas.
“Enak aja” kata Kiara. “Becanda Ra” kata mas Dimas sambil tertawa. Yang lainnya pun ikutan tertawa.
Selesai makan di tebet, Kiara da teman-temannya itu berniat ke PIM (pondok indah Mall) untuk jalan-jalan dulu. Sesampainya di PIM 2, mereka memarkirkan mobilnya di parkiran atas karena mereka males kalau harus parkir di basement. Ketika mereka keluar dari mobil, mereka menjadi pusat perhatian karena baru keluar dari mobil yang sangat jarang ditemui di Indonesia. Setiap mata memandang ke arah mereka berempat.
Walaupun mobil mewah bukan pemandangan langka di PIM, tapi tetap saja, kedatangan ‘para cewek’ itu mengundang perhatian karena mobil mereka juga termasuk limited edition di Indonesia. Kiara dan teman-temannya tidak menghiraukan pandangan yang tertuju pada dirinya dan teman-temannya itu. Mereka memilih untuk langsung masuk ke dalam PIM.
“Ra, mau kemana dulu nih?” tanya Salsa sambil melihat sekeliling. “Ke Zara bentar, ada yang mau gw beli” jawab Kiara sambil berjalan ke salah satu counter Zara yang ada disana. Kiara pun memilih baju yang ada disana.
“Lo ga pada beli?” tanya Kiara sambil mencoba salah satu baju yang tadi diambilnya. “Ga deh Ra, lagi seret gw, udah limit kartu gw” jawab Jesica.
“Jes, Jes, udah mana yang lo mau? Ini?” tanya Kiara sambil mengambil baju yang baru ditaruh Jesica.
“Iya, lo liat harganya” jawab Jesica sambil menunjukan label harga yang tertera di dress itu. Lima ratus ribu.
“Lo mah enak kartu lo ga ada limitnya, jadi lo bisa beli apa aja” kata Salsa. “Ya makanya, lo pilih mau yang mana, biar gw yang bayar” jawab Kiara.
“Serius?” tanya Salsa kaget sekaligus senang. Kiara hanya mengangguk.
“Lo juga Cla” kata Kiara sambil memilih baju-baju yang lain.
Setelah memilih beberapa baju, Kiara dan teman-temannya iu langsung menuju kasir. “Ini semua mbak?” tanya kasir itu. Kiara hanya mengangguk. Si kasir pun mulai menghitung belanjaan Kiara. “Semuanya jadi lima juta tiga ratus ribu rupiah” kata si kasir. Kiara memberikan kartu kreditnya kepada si kasir. Setelah menggesekan kartu itu, si kasir mengembalikannya lagi.
“Ra, lo ga salah belanja sampe lima juta gini? Bokap lo ga bakalan ngamuk?” tanya Clara bingung dengan adik kelasnya itu.
“Ga, gw mah udah biasa kali kayak gini, minggu kemaren, gw beli buku sampe tiga jutaan” jawab Kiara sambil terus berjalan.
“Beli buku apaan Ra? Kok ga ngajak-ngajak kita sih?” tanya Jesica.
“Semua novel yang ada di toko buku gw beli, si mbak-mbak yang ada di toko buku aja sempet bingung, nih anak gila kali ya beli novel sampe semua judul yang baru ada di beli” jawab Kiara sambil tertawa.
“Gila lo Ra, sampe lo borong gitu” kta Salsa ikutan tertawa.
******
Keesokan harinya, Kiara dan yang lainnya datang ke sekolah bersamaan. Setelah memarkirkan mobil mereka, mereka langsung masuk ke dalam sekolah. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba pak Hadi memanggil Kiara.
“Kiara” panggil pak Hadi dari depan ruang guru. “Eh, gw nemuin pak Hadi dulu, lo ke kantin duluan aja, nanti gw nyusul” kata Kiara. Mereka hanya mengangguk sambil berjalan ke kantin. “Ada apa pak?” tanya Kiara.
“Kamu serius dengan apa yang kamu katakan?” tanya pak Hadi. “Iya pak” jawab Kiara. “Tapi kenapa Kiara?” tanya pak Hadi.
“Anak-anak ga mau saya ikut lomba KIR, lebih baik saya mengundurkan diri” jawab Kiara. “Tapi, bapak berharap kamu masih mau ikut lomba itu” kata pak Hadi.
“Tapi maaf ya pak, keputusan saya sudah bulat, saya ga akan ikut lomba itu” jawab Kiara. Ia yakin akan keputusannya itu.
“Oh ya pak satu lagi, tolong bilang ke anak-anak KIR yang sombong itu, kalo misalnya mereka kalah dalam pertandingan nanti, KIR akan saya bubarkan” tambah Kiara.
“Apa? Dibubarkan? Tapi kenapa?” tanya pak Hadi. “Karena sudah tidak menghasilkan prestasi yang membanggakan bagi sekolah ini” jawab Kiara.
“Berarti saya sebagai Pembina KIR juga…”kata pak Hadi.
“Tenang aja pak, saya tau bapak telah memperjuangkan saya untuk ikut lomba itu, saya juga yakin bapak berhasil menjadi Pembina KIR karena bapak telah memberikan prestasi yang membanggakan bagi sekolah ini, bapak akan tetap menjadi guru disekolah ini, karena peristiwa ini bukan karena kesalahan bapak” jawab Kiara.
“Tapi nama baik bapak akan menjadi taruhannya” lanjut Kiara.
Setelah menemui pak Hadi, Kiara langsung menemui teman-temannya di kantin. Tapi mereka semua tidak ada. Kiara hanya melihat Clara dengan anak-anak kelas XII. “Eh Clara, lo gabung sama d’girls?” tanya Ines, ketua genk cabo.
“Kalo iya, kenapa? Ga suka lo?” tanya Kiara tiba-tiba ada di belakang Ines. “Eh lo Ra, kita pergi dulu” kata Anisa dan yang lainnya ketika melihat Kiara.
“Dasar, Clara, lo ga pa-pa kan?” tanya Kiara. “Ga kok, untung lo dateng, thanks ya” kata Clara.
“Ra, kok lo disini?” tanya Salsa yang tiba-tiba dateng. “Lo kemana? Tadi bilang mau ke kantin?” tanya Kiara.
“Sorry, tadi gw kebelet pipis, oh ya, tadi gw ngeliat ada anak-anak cabo dari sini, ngapain?” tanya Jesica.
“Tadi mereka mau ngelabrak Clara, karena dia bareng sama kita” jawab Kiara.
“Sorry ya Clara, coba tadi kita nemenin lo” kata Salsa. “Udah ga pa-pa kok, tadi untung aja Kiara dateng” jawab Clara.
“Ra tadi kenapa pak Hadi manggil lo?” tanya Jesica sambil duduk di tempat biasa.
“Dia tetep minta gw untuk ikut lomba itu” jawab Kiara sambil duduk disebelah Jesica.
“Terus? Lo ikut?” tanya Clara. “Ga! Males banget gw gabung sama anak-anak yang ga suka sama gw” jawab Kiara.
“Tapi Ra, apa ga sebaiknya kalo lo ikut lomba itu?” tanya Salsa. “Ga akan, untung gw mikir nama baik sekolah ini, kalo ga udah gw bubarin tuh KIR dari kemaren” jawab Kiara.
“Udah, tenang Ra, jangan emosi” kata Jesica mencoba menenangkan temannya yang sedang emosi. “Eh, ntar malem clubbing yuk?” ajak Salsa.
“Boleh, dimana?” tanya Kiara. “X2, plasa senayan, mau ga?” tanya Salsa. “Boleh, lo ikut Jes?” tanya Kiara. “Tentu” jawab Jesica.
“Clara, lo ikut ga?” tanya Salsa. “Belom dapet jatah gw” jawab Clara.
“Yaelah, X2 doang, gw yang bayarin, sekalian traktiran gw dan ucapan terima kasih gw buat lo bertiga karena udah bantuin pas pertandingan kemaren” kata Kiara.
“Bener Ra?” tanya Jesica. “Tapi setelah kita liat lomba KIR” jawab Kiara. “Ngapain Ra? Lo mau liat lomba KIR?” tanya Clara.
“Gw mau liat aja mereka gimana” jawab Kiara sambil tersenyum penuh arti. Jesica dan yang lainnya tambah cemas dengan maksud kehadiran Kiara di lomba itu. Sepulang sekolah, Kiara, Jesica, Clara dan Salsa pun pergi melihat lomba KIR.
Ketika sampai disana, nilai sekolah Kiara telah jauh tertinggal dibanding lawannya. “Dasar! Sampe kalah liat aja” kata Kiara sambil terus memperhatikan lomba tersebut. Pertandingan pun usai. Sekolah Kiara kalah. Kiara pun berjalan menuju pak Hadi dan anak-anak KIR lainnya berkumpul.
“Pak maaf ya sesuai yang tadi saya sampaikan ke bapak, mulai besok KIR resmi ditutup” kata Kiara.
“Ditutup? Kenapa Ra?” tanya Clara kaget. Begitu pula dengan anak-anak KIR yang ada disana.
“Karena prestasi KIR tidak membanggakan lagi” jawab Kiara datar. Begitu juga dengan ekspresi wajahnya. “Apa hak lo nutup KIR? Kita baru kalah satu kali, kenapa lo ga nutup tuh ekskul-ekskul laen yang ga ada prestasinya?” tanya salah satu anak KIR.
“Emang lo udah bilang ke kepsek mau ngebubarin KIR? Lo ga bisa ngebubarin gitu aja, tanpa ada persetujuan dari kepsek” kata salah satu anak KIR.
“Gw punya hak lagi untuk ngebuat atau ngebubarin ekskul yang ada di sekolah, kan lo semua yang bilang kalo gw ini cucu tunggal pemilik sekolah, jadi apapun bisa gw lakuin dan boleh-boleh aja kan?” tanya balik Kiara. Tatapannya sinis ke anak-anak KIR itu.
“Kalo soal kepsek, lo semua lupa ada Salsa disini, lo semua tau kan Salsa siapa? Keponakan kepsek” kata Kiara sinis.
Anak-anak KIR yang lain tidak dapat menjawabnya. Perkataan Kiara benar. “Satu hal lagi yang harus kalian semua tau, gw ga mungkin ngebubarin ekskul laen walaupun mereka ga ada prestasinya, kalian tau karena apa? Karena mereka ga nyari masalah sama gw. Ngerti kan lo semua?” kata Kiara sambil tersenyum sinis.
“Ayo kita pergi, sekali lagi maaf pak” tambah Kiara sambil mengajak ketiga temannya yang lain pergi dari sana. Ia pun berjalan meninggalkan anak-anak KIR itu.
Jesica, Salsa dan Clara tidak dapat berbicara lagi. Kekhawatiran mereka benar, tapi tidak ada yang berani menentang keputusan Kiara. Mereka mengikuti Kiara pergi.
******
Malam harinya, mereka pun berangkat ke plasa senayan. Sesampainya disana, Kiara langsung memarkirkan mobilnya, dan langsung menuju X2. “Eh Sa, lo temuin orang yang biasa, bilang kita mau duduk di tempat biasa” kata Kiara.
“Ok bos” jawab Salsa. Baru beberapa langkah berjalan, orang yang mereka cari menghampiri mereka. “Malem non Kiara, non Salsa, non Jesica dan?” tanya pak Chandra manager X2.
“Melem pak, kenalin ini Clara, mulai sekarang dia akan gabung bareng kita” jawab Kiara. “Malem non Clara” sapa pak Chandra. “Malem pak” jawab Clara.
“Pak tempat kita kosong kan?” tanya Salsa. “Tentu, ruangan itu kan sengaja dibuat khusus untuk d’girls” jawab pak Chandra. “Bagus deh, kalo gitu, kita kesana yuk?” ajak Kiara.
Mereka hanya mengangguk dan berjalan menuju ruangan di sebelah DJ. Di pintu masuknya tertulis D’girls dengan tulisan warna warni. Masuk ke dalam, ruangan tersebut tidak berbeda dengan yang lain. Hanya saja si setiap benda yang ada di ruangan tersebut, tertulis nama d’girls. “Sumpah Ra keren banget” kata Clara.
“Biasa aja kali, ruangan ini khusus kita dekor buat anak-anak d’girls” jawab Kiara. “Non, mau yang seperti biasa?” tanya pak Chandra.
“Iya pak, sekalian tolong buatin member VIP d’girls buat Clara” jawab Kiara. “Baik non, di tunggu sebentar” kata pak Chandra sambil berjalan keluar ruangan tersebut.
“Ra, lo serius mau ngebubarin KIR?” tanya Salsa. “Serius banget gw” jawab Kiara.
“Tapi apa mereka ga akan bales dendam sama lo?” tanya Clara. “Bales dendam? Kalo mereka ga mau sekolah lagi sih mungkin aja” jawab Kiara. “Ga mau sekolah lagi? Maksud lo Ra?” tanya Clara bingung.
“Gini Clara, sekolah kita tuh punya banyak koneksi sama sekolah-sekolah laen, baik negeri ataupun swasta dan misalnya kalo ada murid sekolah kita yang keluar karena ada masalah sama sekolah, jangan harep ada sekolah yang mau nerima dia” jawab Jesica menjelaskan.
“Owh gitu” kata Clara. Kiara hanya mengangguk. ”Jes, Sa, lo berdua kan bisa maen basket, kenapa ga ikut ekskul basket aja?” tanya Clara.
“Kalo gw sih bisa maen basket, tapi gw lebih pengen ikut cheers” jawab Salsa. “Kalo lo Jes?” tanya Clara.
“Saingannya berat-berat” jawab Jesica. “Maksud lo?” tanya Kiara bingung.
“Iya, ada lo, Clara, Desi, Stella, yang jago banget maen basket, sedangkan gw?” tanya Jesica.
“Jes, gw, Desi, Stella, taun ini taun terakhir maen basket, taun depan kita udah ga boleh ikutan tanding basket lagi” jawab Clara.
“Dan gw rasa, kalo lo ikut latihan terus, lo bakalan bisa kayak Kiara, Desi, Stella atau gw, dan yang pasti dari pertandingan kemaren gw yakin kalo lo sebenernya ada bakat” tambah Clara.
“Jadi gw minta mulai besok, setiap ada latihan basket, lo harus ikutan” pinta Kiara.
“Bener, dan satu hal lagi, gw akan ngelatih lo supaya bisa ngegantiin gw jadi duet mautnya Kiara” tambah Clara.
Jesica hanya diam. Tak lama kemudian, Jesica mengangguk. “Gw pengen nambahin anggota d’girls deh” kata Kiara sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Maksud lo?’ tanya Salsa bingung. Kiara baru pertama kali bilang ia mau menambahkan angggota d’girls.
“Anak d’girls jangan cuma kita berempat aja” jawab Kiara. “Berempat? Emang siapa aja Ra?” tanya Clara.
“Gw, Kiara, Salsa, dan lo” jawab Jesica. “Gw? Gw termasuk anak d’girls?” tanya Clara bingung.
“Ya iyalah, lo kan udah kita kasih member khusus anak d’girls, berarti lo gabung sama kita” jawab Salsa.
“Atau lo ga mau gabung sama kita Cla?” tanya Kiara sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Bukannya gitu Ra, gw mau banget malah, siapa sih anak Labschool yang ga mau gabung sama D’girls?” tanya Clara.
“Terus?” tanya Jesica. “Gini, kalau gw masuk d’girls, apa ga aneh? Gw kan bukan siapa-siapa di Labschool? Lo Jes, anak penyumbang dana kedua terbesar setelah Kiara, Salsa keponakan kepsek, lo Ra, siapa sih yang ga kenal Kiara? cucu pemilik sekolah, lo bertiga udah punya tampang dan modal buat tenar, lo bertiga tajir, sedangkan gw?” tanya Clara.
“Clara, buat kita mau lo tajir atau ga bukan masalah, mau lo tenar atau ga juga ga masalah, kita nyaman bertemen sama lo, itu aja cukup buat kita, lo juga ga manfaatin kita buat lo jadi tenar, so ga ada masalah buat kita” jawab Kiara.
“Bener tuh kata Kiara” kata Salsa. “So, you want to join us?” tanya Kiara. Clara hanya tersenyum sambil mengangguk.
“Gw pengen anak d’girls minimal 6 orang deh, biar rame gitu” kata Kiara. “Yaudah, kalo gitu, kita adain seleksi masuk d’girls aja” saran Salsa.
“Ga ah, norak” jawab Kiara. “Biar kita tambah eksis tau” kata Salsa. “Ga ah Sa, bisa turun reputasi kita” jawab Kiara.
“Terus lo maunya gimana?” tanya Jesica. “Kalo misalnya lo nemuin calon yang cocok buat gabung di genk kita, lo kasih ke gw dulu, yang pasti sih…” kata Kiara.
“Harus sesuai sama lo” potong Salsa dan Jesica. Kiara hanya tersenyum. Tiba-tiba pak Candra masuk.
“Permisi non, ini pesanannya dan ini kartu member VIP untuk non Clara” kata pak Candra sambil memberikan kartu yang ada di tangannya.
“Makasih ya pak” kata Clara. “Oh ya pak, hari ini siapa DJnya?” tanya Salsa.
“Hari ini Radit DJnya” jawab pak Candra. “Oh, makasih ya pak” kata Jesica. Pak Candra pun keluar dari ruangan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar