Rabu, 19 Januari 2011

D'Girls part six

Kiara dan yang lainnya mengurangi kegiatan mereka, karena mereka mau menghadapi ujian semester. Bagi Kiara dan Jesica, mereka mudah menghadapi ujian. Sehingga mereka sangat bersemangat. Sedangkan Salsa, ia sangat membenci ujian. Seminggu sebelum ujian, Kiara dan yang lainnya belajar kelompok. Mereka merasa dengan belajar kelompok dapat membantu satu sama lain. Ujian pun tiba. Jesica dan Kiara senang. Salsa menderita.
“Ah, gw benci sama yang namanya ujian” kata Salsa ketika di parkiran sekolah.
“Lo kenapa Sa?” tanya Kiara sambil tersenyum melihat wajah temannya itu.
“Gw stress Ra, kenapa sih harus ada yang namanya ujian?” tanya Salsa. “Apa yang lo stressin? Kita kan udah belajar” tanya Jesica.
“Buat lo berdua sih, gampang ngerjain ujian, tapi buat gw, ga” jawab Salsa.
“Udah Sa, tenang aja deh, lo jangan panik duluan gitu dong? Ntar buyar semua tuh pelajaran” kata Kiara.
“Udah, lo tenang, mendingan kita masuk yuk, bentar lagi udah mau bel” ajak Jesica. Mereka pun masuk ke dalam sekolah.
******
4 hari kemudian, Salsa datang lebih awal. Tapi tetap saja, kedua temannya itu telah datang. tapi wajahnya kali ini beda dari biasanya. “Haaaiii” sapa Salsa sambil mencium pipi kedua sahabatnya itu secara bergantian.
“Lo kenapa Sa? Seneng amat?” tanya Kiara. “Lo baru jadian lagi ya?” tanya Jesica.
“Sok tau lo kayak dukun, gw seneng bukan karena gw baru jadian” jawab Salsa sambil tertawa.
“Terus kenapa?” tanya Kiara bingung. “Hai” sapa Clara yang baru datang. “Hai, tumben jam segini udah pada ngumpul?” tanya Clara.
“Iya nih, tau si Salsa lagi kesambet setan apaan hari ini” jawab Jesica. “Lo kenapa Sa? Keliatannya seneng banget?” tanya Clara ketika melihat wajah Salsa yang senang.
“Karena hari ini, hari terakhir ujian” jawab Salsa senang. “Jadi, dari tadi lo seneng gara-gara ujian hari ini selesai?” tanya Kiara.
Salsa hanya mengangguk sambil tersenyum. “Yaampun Sa, gw kira lo baru jadian lagi sampe seneng kayak gitu, eh ternyata gara-gara ujian udah selesai” kata Jesica.
“Masuk yuk” ajak Clara. Mereka pun berjalan ke dalam sekolah.
“Kiara, Jesica, jangan lupa nanti ada latihan pulang sekolah” kata Clara. “Ok, kita pasti dateng” jawab Kiara.
“Sa, lo hari ini ada latihan?” tanya Jesica. “Hari ini sih ga ada, kenapa emang?” tanya Salsa. “Tungguin kita latihan ya?” pinta Kiara.
“Yee, gw kira mau ngapain” jawab Salsa sambil berjalan ke dalam kelas.
Ujian jam terakhir pun selesai. Kiara, Salsa dan Jesica langsung berjalan ke mobil. Kiara dan Jesica mau mengambil training pack mereka. Sedangkan Salsa mau mengambil laptop. Setelah itu mereka berjalan ke kantin.
“Akhirnya ya, ujian selesai juga” kata Salsa senang. Kiara hanya tersenyum. Clara pun datang. “Udah pada lama disini?” tanya Clara sambil duduk di dekat Kiara.
“Baru aja” jawab Jesica. “Latihan nanti mulai jam 1” kata Clara. “Ok” jawab Kiara. “Eh dengerin deh” kata Salsa sambil memutar music player di laptopnya.
Kiara dan yang lainnya mendengarkan lagu itu. “Ini lagunya lo mix ya?” tanya Clara. Salsa hanya mengangguk
 “Mix lagunya bagus” kata Kiara. “Iya, nyambung antara potongan satu lagu ke potongan yang laen” kata Jesica. Salsa senyum-senyum mendengar pujian sahabat-sahabatnya itu.
“Ini buat cheers ya?” tanya Clara. “Iya, rencananya gw mau nambahin beberapa gerakan” jawab Salsa.
“Wah, kayaknya cheers ditangan lo maju pesat nih” puji Clara. Salsa hanya tersenyum. “Sa, lo ada lagi mix lagu yang laen?” tanya Kiara.
“Ada, kenapa?” tanya Salsa. “Ntar pas gw sama anak-anak basket lagi latihan, lo puter ya lagunya” pinta Kiara. “Mau ngapain?” tanya Jesica.
“Bukannya kita udah mau taun ajaran baru? Kan harus ada promosi ekskul” kata Kiara. “Terus?” tanya Clara.
“Lo liat aja ntar” jawab Kiara sambil tersenyum. Mereka tidak tau apa yang mau diperbuat Kiara.
Ketika Kiara latihan, Salsa memasang lagu yang tadi Kiara minta. Tiba-tiba Kiara memainkan bola yang sedang dipegangya sesuai irama dari musik itu. Jesica, Salsa, Clara dan yang lainnya kagum melihat gerakan bola yang dipegang Kiara bisa sesuai dengan irama dari lagu itu. Ketika lagu itu selesai, tepuk tangan membahana di seluruh lapangan basket.
“Keren banget Ra” kata Salsa. “Belajar dimana lo?” tanya Jesica. Kiara tidak menjawabnya. Malah hanya tersenyum.
“Jadi ini yang mau lo tampilin pas promosi ekskul basket?” tanya Clara. Kiara hanya mengangguk.
******
Hari pembagian rapor pun datang. Semua siswa hari ini akan menerima rapotnya. Rapor Jesica dan Salsa diambil oleh mama mereka. Sedangkan Kiara diambil oleh dia sendiri. Disaat seperti ini, Kiara merasa sedih. Ia seperti dibuang dan tidak dianggap lagi. Walaupun selama ini, Kiara selalu berhubungan dengan orangtuanya. Tapi mereka jarang bertemu. Kiara kangen akan pelukan hangat dari ayah dan bundanya. Sudah lama sekali ia tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka.
Nama Kiara, Jesica dan Salsa dipanggil bersamaan oleh wali kelas mereka, pak Endang. Kiara dan kedua temannya itu pun berjalan kedepan. “Pagi pak” sapa Kiara.
“Pagi” jawab pak Endang. “Ini hasil rapor kamu Kiara, yang ini Jesica dan yang ini Salsa” kata pak Endang sambil memberikan rapor itu satu per satu.
Mereka melihat hasil rapor itu. Salsa kaget melihat hasil rapornya. Ia menyangka akan jelek hasil rapornya. Tapi ternyata tidak. Wajah Jesica, Salsa dan Kiara terlihat senang melihat hasil kerja keras mereka selama ini.
“Kiara, abis ini, kamu menemui pak Sigit di ruang kepala sekolah” kata pak Endang.
“Ada apa ya pak?” tanya Kiara bingung kenapa ia dipanggil oleh kepala sekolah.
“Kamu temui dia saja dulu” jawab pak Endang. Kiara pun meninggalkan kelasnya dan  masuk ke ruang kepala sekolah.
Sekitar 15 menit kemudian, Kiara keluar dari ruang kepala sekolah. “Kiara” panggil Clara ketika melihat Kiara baru keluar dari ruang kepsek.
“Lo abis ngapain Ra?” tanya Clara. Tiba-tiba Salsa dan Jesica datang.
“Ra, lo kenapa di panggil sama om gw?” tanya Salsa. “Lo ga tau?” tanya Kiara. “Ga, emang ada apa sih?” tanya Salsa.
“Gw…..gw…” kata Kiara wajahnya berubah jadi sedih. “Lo kenapa Ra?”  tanya Jesica cemas melihat raut wajah segih Kiara. “Gw jadi juara umum” kata Kiara. Wajahnya berubah seketika menjadi senang.
“Lah, tadi kenapa muka lo sedih gitu?” tanya Jesica. “Gw cuma mau ngerjain lo semua” jawab Kiara sambil tertawa.
“Iseng banget deh lo” kata Clara. “Dasar gila” kata Salsa sambil tertawa. “Oh ya, selamet ya Ra, cie yang jadi juara umum” goda Jesica. Kiara hanya senyum-senyum.
“Kalo gitu traktir” kata Salsa. “Lo dulu traktir, waktu itu janji mau traktir?” tanya Kiara. “Oh iya, ok deh gw yang traktir, lo mau apa?” tanya Salsa.
“Clubbing sampe pagi” jawab Jesica semangat. “Tumben banget Jes” kata Clara.
“Maklum, kan udah liburan” jawab Jesica.
“Jadi mau dimana? Dragonfly? The Green? Centro? Campus? Red Square? Black Pearl? Karlu? Potato Head? Atau 9 Clouds?” tanya Salsa.
“Woy, kenapa semua tempat clubbing lo sebutin? Tempat biasa aja, X2” jawab Kiara. “Ok, setuju gw” kata Clara dan Jesica bareng.
Selesai pembagian rapor, Clara, Salsa, dan Jesica maen ke rumah Kiara. Sesampainya disana, bi Pinem telah menunggu mereka. “Siang non, tumben udah pulang?” tanya bi Pinem.
“Iya bi, mau istirahat dulu, soalnya ntar malem kayaknya aku ga pulang” jawab Kiara. “Gimana rapor non Kiara? Bagus?” tanya bi Pinem.
“Bukan bagus lagi bi, dia juara umum” jawab Jesica. “Bener non? Wah kalo gitu selamet ya?” kata bi Pinem. “Makasih ya bi” jawab Kiara. “Oh ya bi, ini temen aku, namanya Clara” kata Kiara. “Siang non Clara” sapa bi Pinem. “Siang bi” jawab Clara sambil tersenyum.
“Kalo gitu, hari ini bibi mau masak makanan-makanan enak buat ngerayain non Kiara jadi juara umum” kata bi Pinem.
“Makasih ya bi, nanti kalo udah jadi panggilin kita” kata Kiara sambil berjalan ke taman belakang.
Kamar Kiara memang terletak dekat dengan taman belakang dan kolam renang. Kiara sengaja memilih tempat ini agar ia bisa menyendiri. Clara dan yang lainnya masuk ke kamar Kiara. Begitu masuk, suasana sejuk kamar Kiara terasa. Dindingnya dicat dengan warna biru muda polos. Hampir semua barang yang ada di kamar Kiara termasuk barang-barang mewah. TV 42 inci, lengkap dengan home teather canggih, 3 PC tercanggih yang berderet di meja dekat kasurnya. Ada juga kulkas kecil untuk menyimpan minuman dan makanannya. Banyak pajangan yang tergantung di kamar itu. Banyak foto-foto Kiara dengan Jesica dan Salsa di meja yang terletak di sudut ruangan.
Begitu juga piala-piala yang telah banyak diperolehnya. Ada juga 3 piala MVP dan 2 piala top scorer yang ia dapatkan sejak bergabung menjadi tim inti basket cewek SMA Labschool terpajang di meja itu. Ada juga foto-foto Kiara dengan pemain-pemain NBA saat dia berlibur di Amerika dan menonton pertandingan disana. Di salah satu sudut lainnya ada lemari cukup besar. “Ra, itu lemari apaan?” tanya Clara. “Lo buka aja” jawab Kiara.
Clara pun membuka lemari itu. Ia kaget sekaligus kagum melihat isi lemari itu. Ada 3 bola bertanda tangan pemain Sacramento, Lakers, dan Spurs. Serta serta beberapa pasang sepatu bertanda tangan asli Le Bron James, Kobe Bryan, Cao Ming, Michael Jordan, Sequille O’Neil dan beberapa pemain LA Lakers. Serta baju asli pemain-pemain terkenal NBA. “Yaampun Ra, keren banget deh” kata Clara. Kiara hanya tersenyum.
Clara mengalihkan pandangannya ke foto-foto yang ada di meja dekat kasur Kiara. “Ini Kayla kan?” tanya Clara begitu melihat foto orang yang dikenalnya.
“Iya, ini foto kita pas perpisahan di Bali” jawab Kiara. “Ini foto orangtua lo?” tanya Clara ketika melihat foto yang ada disebelah foto Kayla.
“Iya, mereka orangtua gw” jawab Kiara. Wajahnya berubah jadi sedih.
“Gw udah lama ga ketemu sama mereka, gw kangen” kata Kiara sambil duduk di kasurnya
 “Ra, jangan sedih dong, kan masih ada kita” kata Jesica mencoba menghibur temannya itu.
“Disaat gw sedih atau seneng, mereka ga pernah ada disini, gw kangen pelukan dari mereka” kata Kiara. Tak terasa air matanya jatuh.
“Jangan nangis dong sayang, walaupun lo jarang ketemu sama mereka, lo tau kan kalo mereka sayang banget sama lo” kata Salsa sambil mengelap air mata Kiara yang jatuh.
“Gw pengen deh, orangtua gw meluk gw lagi, udah lama gw ga pernah dipeluk sama mereka” kata Kiara.
“Rapor gw bagus, gw masuk IPA, gw juara umum, kalo anak-anak laen pasti langsung dipeluk sama orangtua mereka kalo denger berita gitu” tambah Kiara.
Air matanya kembali mengalir. “Udah lo nangis sepuas lo aja, biar beban lo berkurang” kata Clara.
Ternyata dibalik keceriaanya selama ini, Kiara memendam perasaan kangen disayang sama orangtuanya. Ia jarang memperlihatkan kesedihannya jika di depan teman-temannya. Kiara menangis sepuasnya. Begitu ia merasa lebih baik, ia berhenti menangis. “Udah berkurang beban lo sekarang?” tanya Salsa. Kiara hanya mengangguk sambil mengelap air matanya.
“Ra, kalo lo ada masalah lo cerita sama kita jangan dipendem sendiri, seenggaknya kita bisa ngurangin beban lo, ok?” pinta Jesica. Sekali lagi Kiara hanya mengangguk.
Sekitar jam 3, Kiara dan teman-temannya makan masakan bi Pinem. Selesai makan, mereka balik ke kamar Kiara. “Ra, gw minjem baju ya?” tanya Jesica.
“Ah lo Jes, biasanya juga langsung ngambil” jawab Kiara. “Hahaha, iya sih” jawab Jesica sambil tertawa.
“Lo ga ganti Cla? Kalo mau ganti, ambil aja di lemari, tuh Jesica sama Salsa lagi ngambil baju” kata Kiara.
“Iya Ra, gw juga minjem baju ya?” tanya Clara. Kiara hanya mengangguk sambil menyalakan komputer yang ada di meja. Clara pun menemui Jesica dan Salsa yang lagi memilih baju.
“Lo mau pake yang mana Jes?” tanya Salsa. “Gw yang ini” jawab Jesica sambil mengambil T-Shirt Zara polkadot warna biru muda.
“Kalo lo Cla?” tanya Salsa sambil memilih-milih baju yang ada di lemari itu. “Lo yang mana Sa?” tanya Clara sambil melihat baju yang ada di lemari itu.
“Kayaknya yang ini deh” jawab Salsa sambil menunjukan kaos Mango biru muda yang baru diambilnya. “Kok warnanya samaan sih Sa?” tanya Jesica.
“Ya ga pa-pa kan?” tanya Salsa sambil tersenyum. “Lo mau pake yang mana Cla?” tanya Jesica.
“Nanti Kiara pake baju yang mana? Ga enak gw milihnya, dia kan belom milih bajunya, nanti kalo baju yang gw pilih, mau dia pake gimana?” tanya Clara.
“Clara, ga usah takut, ini tuh cuma satu dari 4 lemari bajunya Kiara, jadi dia masih banyak pilihan kok” jawab Salsa.
“4 lemari? Itu isinya baju semua?” tanya Clara kaget. “Iya, dan semua bajunya Kiara tuh bermerek semua” jawab Jesica.
“Lo mau liat koleksi baju, sepatu, tas, jam tangan, gelang, kalung sama mobilnya Kiara?” tanya Salsa. Tiba-tiba Kiara menghampiri mereka.
“Eh, lo ajak Clara keliling ya? Gw mau mandi dulu, lo udah milih baju Cla?” tanya Kiara. Clara hanya menggeleng.
“Lo pilih aja bajunya, ga usah malu-malu” kata Kiara sambil masuk ke kamar mandi.
“Kiara, kita boleh ngajak Clara liat semua koleksi baju, sepatu, tas sama yang laennya kan?” tanya Salsa.
“Boleh kok, ajak aja, kalo mau pake juga boleh, ga usah malu-malu” jawab Kiara dari dalam kamar mandi.
Jesica dan Salsa pun mengajak Clara melihat semua koleksi Kiara. Clara sangat kaget sekaligus kagum dengan semua koleksi pakaian Kiara. Semua pakaian Kiara tertata rapih. Mulai dari kaos, dress, celana jeans dan yang lainnya bermerek terkenal atau rancangan designer ternama. Begitu juga dengan koleksi sepatu, tas, jam, gelang maupun kalung. Semuanya berharga mahal dan ada beberapa barang itu yang limited edition.
“Sekarang lo ikut kita” ajak Salsa sabil berjalan ke sebuah bangunan yang cukup luas yang ga jauh dari kamar Kiara. “Ini apaan?” tanya Clara bingung.
Jesica membuka pintu bangunan itu. Begitu pintu terbuka, lampu yang ada di ruangan itu menyala. Terlihat jajaran mobil-mobil mewah dari berbagai merek terparkir disana. Mulai dari mobil sport limited edition sampai RV mewah terparkir disana. “Ini semua mobilnya Kiara?” tanya Clara. Mereka mengangguk. Mereka pun berjalan keluar dari gedung itu. Mereka duduk di bangku taman belakang dekat kamar Kiara.
“Kiara ga punya saudara ya?” tanya Clara. “Iya, dia kan anak tunggal” jawab Salsa. “Kesepian banget dia disini sendirian” kata Clara.
“Iya, makanya dia lebih sering ngajak kita semua jalan, atau sekedar ngumpul di basecamp aja” jawab Jesica.
“Lo semua sering clubbing ya?” tanya Clara. “Ga juga sih, kalo lagi bête dan ga ada kerjaan sih baru kita clubbing” jawab Salsa.
“Orangtuanya jarang di rumah ya?” tanya Clara sambil melihat sekeliling rumah Kiara.
“Iya, orangtunya cuma menuhin semua kebutuhan Kiara aja, apa yang Kiara minta pasti di kasih” jawab Salsa.
“Makanya Kiara sampe di kasih kartu yang unlimited biar Kiara bisa bebas ngapain aja” tambah Salsa.
“Keliatannya Kiara deket banget sama bi Pinem itu” kata Clara.
“Emang iya, dia itu kepala pelayan yang udah ngurus Kiara sejak kecil, makanya Kiara deket banget sama dia” jawab Jesica.
“Kepala pelayan? Maksudnya?” tanya Clara bingung.
“Di rumah ini ada 30 pembantu, 10 orang khusus ngurusin kebutuhan Kiara, sisanya ngurusin kebutuhan rumah ini, dan bi Pinem itu yang ngatur pelayan-pelayan laen, terutama pelayan yang ngurus kebutuhan Kiara” jawab Salsa menjelaskan.
 “Oh ya Jes, di kamar Kiara ada 3 PC berderet buat apaan?” tanya Clara. “Kiara itu programmer, dia udah bikin beberapa software untuk perusahaannya, dan itu lagi dikembangin semua” jawab Jesica. “Kiara programmer?” tanya Clara sedikit kaget.
“Iya, ga ada yang nyangka kan? Terus jangan bilang siapa-siapa ya? Banyak virus komputer yang sekarang muncul itu bikinannya Kiara” jawab Salsa.
“Selain itu, Kiara juga ngebuat beberapa game apa namanya Sa?” tanya Jesica.
 “Apa ya? Gw juga lupa, yang pasti beberapa game online yang lagi booming sekarang itu buatannya Kiara” jawab Salsa.
“Wow, perfect banget Kiara” kata Clara kagum sama adik kelasnya itu. 

D'Girls part five

Keesokan harinya, Jesica dan yang lainnya menunggu Kiara di parkiran. Tak lama kemudian, Kiara datang. “Hai” sapa Kiara.
“Ra, lo kemaren kemana?” tanya Salsa. “Ada urusan penting” jawab Kiara.
“Urusan apa? Soal Dian?” tanya Jesica. “Kok lo tau? Lo ngikutin gw?” tanya Kiara mulai emosi. Jesica hanya mengangguk.
“Lo ga usah ikut campur urusan gw Jes” kata Kiara sambil berjalan meninggalkan Jesica dan teman-temannya.
“Kayaknya si Kiara marah deh” kata Salsa.
“Gw tau kok, tapi gw ga mau Kiara jadi jahat sama anak-anak yang laen” jawab Jesica.
“Tapi gimana caranya Jes?” tanya Clara. “Gw akan bilang sendiri ke dia” jawab Jesica.
“Tapi kalo sampe dia marah sama lo gimana?” tanya Salsa. “Udah tenang aja, gw yang tanggung semua resikonya” jawab Jesica.
Pulang sekolah, Jesica mengajak Kiara pergi ke ancol. “Lo ngapain ngajak gw kesini?” tanya Kiara bingung kenapa sahabatnya ini mengajak dirinya ke pantai.
“Ada yang mau gw omongin sama lo” jawab Jesica. “Ngomongin apa? Soal Dian? Kan gw udah bilang jangan ikut campur itu semua urusan gw” kata Kiara.
“Iya gw tau itu semua urusan lo, tapi apa lo ga aneh Bimo mau ngerekam dia sama Dian lagi ML?” tanya Jesica. “Maksud lo apa?” tanya Kiara.
“Lo tau ga kalo misalnya rekaman itu nyebar, Bimo sama Dian bakalan kena masalah, dan kalo sampe Bimo ngasih tau siapa yang nyuruh, lo juga bakalan kena masalah Ra” jawab Jesica. Kiara diam. Kata-kata Jesica memang benar.
“Tapi Jes, gw udah ngeganti rencananya” jawab Kiara. “Ok, kasih tau gw apa rencana lo?” tanya Jesica.
 “Gw mau bikin anak-anak KIR jadi ga betah selama di sekolah, gw mau mereka keluar dari sekolah” jawab Kiara.
“Kalo lo mau, biar gw yang ngurus ini semua buat lo, tanpa bantuan Nessa sama Bimo dan yang pasti tanpa ngebahayain nama baik lo” kata Jesica. Kiara diam sejenak.
“Ga usah Jes, gw ga mau nama baik lo jadi jelek karena ngebantuin gw, gw akan bilang ke yang laen semua rencana batal” kata Kiara. Jesica tersenyum. Rencananya berhasil untuk membuat Kiara menghentikan semua rencana untuk anak-anak KIR. Kiara mengambil HPnya.
“Nessa, kasih tau yang laen, gw mau ketemu sama lo semua, gw tunggu di ancol, sekarang” kata Kiara lalu mematikan teleponnya.
Sejam kemudian, Nessa dan anak-anak yang bergabung untuk membantu Kiara membalas dendamnya ke anak-anak KIR datang. “Ada apa Ra?” tanya Bimo. “Semua rencana buat anak KIR gw batalin” kata Kiara.
“Tapi kenapa Ra?” tanya Nessa. “Gw bilang batal ya batal, ga usah ada yang nanya apa alesan gw ngebatalin rencana ini” jawab Kiara tegas.
“Gw tau Ra, pasti gara-gara dia kan?” tanya Nessa sambil menunjuk Jesica. “Kalo emang gw kenapa?” tanya Jesica.
“Sialan lo, udah ngancurin semua rencana gw” kata Nessa sambil mencoba menampar Jesica. “Nessa!” bentak Kiara sambil menahan tangan Nessa.
“Jangan coba-coba lo nyakitin temen-temen gw, rencana ini batal bukan karena Jesica, tapi dari gw sendiri!” kata Kiara sambil melepas tangan Nessa.
“Satu hal lagi, kalo sampe ada yang masih ngejalanin rencana ini, lo semua yang ada disini yang bakalan kena masalah dari gw, dan buat lo berdua, hadiah yang udah gw kasih ke lo berdua, gw tunggu malem ini di rumah gw” tambah Kiara. Kiara dan Jesica pun berjalan meninggalkan Nessa dan yang lainnya.
Keesokan harinya, Kiara datang ke sekolah telat. Ketika sedang berjalan ke kelasnya, ia melihat Nessa dan genknya sedang membawa Jesica ke gudang. Kiara pun mengikuti mereka. “Gw tau, lo yang pengaruhin Kiara kan biar dia ga usah bales dendam ke anak-anak KIR?” tanya Nessa.
“Kalo iya kenapa? Ga suka lo?” tanya Jesica. “Sial lo” kata Nessa sambil menampar Jesica. tiba-tiba Kiara masuk sambil menepukkan kedua tangannya.
“Bagus ya kelakuan lo semua” kata Kiara sinis. “Kiara? kok lo disini?” tanya Nessa kaget sekaligus takut. Kiara langsung menampar Nessa dan teman-temannya secara bergantian.
“Jangan sampe gw perpanjang nih urusan” ancam Kiara sambil menarik Jesica. Mereka pun keluar dari gudang itu.
“Lo ga pa-pa kan Jes?” tanya Kiara ketika mereka sampai di kantin. Mereka memang tidak masuk kelas pada jam pertama.
“Ga kok, paling perih dikit” jawab Jesica sambil memegang pipinya yang tampak kemerahan.
“Kurang ajar mereka, gw akan bikin perhitungan lebih buat mereka” kata Kiara emosi. “Jangan Ra, ga usah, lagi pula gw ga pa-pa kok” jawab Jesica.
Ketika istirahat, Kiara menyuruh Nessa, Bimo dan teman-temannya untuk datang ke salah satu café yang ada di deket sekolah. Clara, Jesica dan Salsa pun juga datang. “Ada apaan Ra?” tanya Bimo.
“Mana mobil gw? Kan udah gw bilang balikin kemaren malem, tapi mana?” tanya Kiara.
“Tapi Ra…..” jawab Bimo. “Ga ada tapi-tapian, gw minta mobil itu sekarang” kata Kiara tegas.
“Nessa, mana tas LV gw?” tanya Kiara. Nessa pun memberikan tasnya itu dengan berat hati.
“Nessa, Bimo, dan lo berdua, gw minta lo keluar dari sekolah” kata Kiara sambil menunjuk teman-teman Nessa yang tadi membantu Nessa.
“Tapi kenapa Ra?” tanya Bimo. “Gw bilang keluar ya keluar, gw ga mau ngeliat muka lo lagi, terutama lo Nessa” jawab Kiara.
“Tapi Ra, kita tinggal beberapa bulan lagi sekolah, masa harus pindah?” tanya Nessa.
“Lo semua tau kan gw paling ga suka ada orang yang nyakitin temen-temen gw, dan lo Nes, udah nyakin temen gw” kata Kiara
“Dan satu hal lagi emang gw peduli? Gw ga pernah peduli sama orang-orang kayak lo” jawab Kiara.
“Pokoknya besok gw ga mau ngeliat lo berempat masih di sekolah, kalo lo masih ada disana, gw bakal bikin lo nyesel disekolah” ancam Kiara sambil berjalan meninggalkan Nessa, Bimo dan kedua temannya yang masih berdiri terpaku. Jesica dan yang lainnya mengikuti Kiara.
******
4 bulan telah berlalu. Tim basket putri memenangkan kejuaraan nasional. Kiara menjadi MVP sedangkan Clara menjadi top scorer. Memang pada kejuaraan yang lalu, Kiara dan Clara sama-sama menjadi playmaker. Padahal perolehan nilai mereka berbeda 1 poin. Sedangkan Salsa dan tim cheers dapat memenangkan lomba yang diadakan oleh salah satu produsen makanan siap saji.
Selama 4 bulan ini, Jesica benar-benar dipersiapkan untuk menjadi pasangan duet maut Kiara. Ia berlatih hampir setiap hari sama dengan Kiara dan para pemain lainnya. Bulan ini Kiara ulang tahun. Tepatnya tanggal 17 April. Untuk ulang tahunnya kali ini, Kiara akan mengadakan pesta yang meriah di Jakarta.
Ia telah memesan tempat di salah satu restaurant yang cukup terkenal. Café Le’Bridge telah disulap Kiara menjadi café termewah yang ada di Jakarta untuk merayakan pesta ulang tahunnya yang ke 16. Kiara mengundang seluruh teman-temannya.
Sore hari, café Le’Bridge telah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berderet di parkiran. “Happy b’day ya Ra” kata Jesica sambil cipika cipiki. “Thanks ya Jes, oh ya Salsa sama Clara mana?” tanya Kiara.
“Mereka belom dateng?” tanya Jesica. “Hai Jes, Happy b’day ya Ra, sorry telat” kata Salsa sambil mencium pipi sahabatnya itu.
“Abis ngapain sih lo?” tanya Jesica. “Biasa cewek, kalo dandan kan lama” jawab Salsa. “Dasar, lo bareng sama Clara ga?” tanya Kiara.
“Tadi gw liat mobil dia baru dateng, paling juga lagi nyari parkiran” jawab Salsa. Tak lama kemudian, orang yang mereka bicarakan datang.
“Hai Jes, Sa, happy b’day Ra, diluar susah banget cari parkirnya” kata Clara. “Thanks Cla” jawab Kiara. “Pestanya meriah banget” kata Clara.
Tiba-tiba Revan dan orangtuanya datang. “Selamat ulang tahun ya Kiara, maaf om sama tante cuma bisa ngasih ini” kata mamanya Revan sambil memberikan kado yang dibawanya.
“Makasih ya tante, om, udah mau dateng aja, Kiara udah seneng” jawab Kiara. “Oh ya, ayah sama bunda kamu mana?” tanya ayahnya Revan.
“Mereka ga bisa dateng om, soalnya mereka lagi ada urusan” jawab Kiara. Raut wajahnya berubah jadi sedih.
“Jangan sedih gitu dong, kan ada aku, mama aku, ayah aku, Jesica, Salsa, sama temen-temen kamu” kata Revan mencoba menghibur Kiara.
“Iya Van, oh ya om, tante, Revan, kenalin ini Clara” kata Kiara. “Revan, pacarnya Kiara” kata Revan memperkenalan diri. “Clara” jawab Clara.
“Om, tante, silahkan makan dulu” kata Kiara. “Iya Kiara, makasih, kalo begitu, om sama tante kesana dulu ya” kata mamanya Revan.
Kiara hanya mengangguk. “Jadi ini anak baru d’girls yang sering kamu ceritain?” tanya Revan.
“Iya, dia ini kapten tim basket cewek” jawab Kiara. “Oh ya Ra, aku punya sesuatu untuk kamu” kata Revan. “Apa?” tanya Kiara.
“Tutup mata dulu” kata Revan. Kiara menutup matanya. Revan memasangkan sebuah kalung di leher Kiara. “Buka mata kamu” kata Revan.
Kiara membuka matanya. Ia melihat kalung berinisial ‘RK’ di lehernya. “Gimana? Kamu suka?” tanya Revan. “Suka banget, thanks ya” kata Kiara sambil memeluk Revan.
Revan melepaskan pelukannya. Ia berjalan meninggalkan Kiara. “Revan mau kemana Ra?” tanya Jesica. Kiara hanya menggeleng. Tiba-tiba Revan sudah ada diatas panggung. “Ra, liat deh, itu kan Revan” kata Salsa sambil menunjuk panggung.
“Ngapain dia disana Ra?” tanya Clara. Kiara menggeleng. Ia tidak tau apa yang mau dilakukan Revan.
“Gw akan nyanyi untuk seseorang yang sangat gw sayang, yang ulang tahun hari ini, Kiara” kata Revan dari atas panggung. Alunan musik terdengar di seluruh ruangan. Para tamu diam. Suasana menjadi sunyi dan hanya terdengar alunan musik dan suara Revan yang memulai lagunya.
I think of you in everything that i do
to be with you what ever it takes i'll do
cause you my love, you all my heart desires
you've lighten up my life forever i'm alive

since i found you my world seems so brand new
you've show me the love i never knew
your presence is what my whole life through
since i found you my life begin so new
now who needs a dream when there is you
for all of my dreams came true
since i found you

your love shines bright
through all the corners of my heart
maybe you are my dearest heart
i give you all i have my heart, my soul, my life
my destiny is you
forever true... i'm so in love with you

since i found you my world seems so brand new
you've show me the love i never knew
your presence is what my whole life through
since i found you my life begin so new
now who needs a dream when there is you
for all of my dreams came true
since i found you

my heart forever true...
in love with you..
(Christian Bautista-Since I Found You)
Tepuk tangan terdengar begitu Revan berhenti bernyanyi. Wajah Kiara memerah. Revan berjalan mendekati Kiara.
“Kamu suka?” tanya Revan. Kiara hanya mengangguk sambil tersenyum. Wajahnya masih merah.
“Revan, lo romantis banget sih?” tanya Jesica. “Kenapa Jes? Cowok lo ga ada yang nyanyiin kayak tadi? Makanya sama satu cowok aja” ledek Revan.
“Sial lo Van” jawab Jesica sambil cemberut. “Jangan cemberut gitu dong neng, ntar ga da yang mau lagi sama lo” kata Revan.
Kiara tertawa melihat kelakuan sahabat dan pacarnya itu. “Ra, potong kue dulu” kata Clara. Kiara mengangguk. Kiara memotong kuenya.
“Potongan pertama buat siapa?” tanya Clara. “Buat Revan” kata Kiara sambil memberikan kue yang telah dipotong. “Thanks ya” jawab Revan menerima kue itu.
Selesai acara, Revan mengajak Kiara berjalan di sekitar café. “Kiara, aku sayang banget sama kamu” kata Revan.
“Aku juga sayang sama kamu, Van” jawab Kiara. Revan memeluk Kiara sangat erat.
Pelukan Revan terasa sangat hangat. Kiara merasa nyaman jika Revan memeluknya seperti ini. Revan melepaskan pelukkannya. Ia medekatkan wajahnya ke wajah Kiara. Spontan Kiara menutup matanya. Bibir mereka bertemu untuk beberapa saat. Kiara menarik wajahnya. “Thanks buat semuanya ya Van” kata Kiara. Revan hanya tersenyum.

D'Girls part four

Seminggu kemudian, Kiara melepas perbannya. Katanya sih tangannya udah ga pa-pa. Selama tangannya diperban, Kiara masih ikut latihan. Jesica juga ikut latihan. Ia memutuskan untuk bergabung di tim basket. Sementara itu, Salsa sibuk latihan cheers, karena ada pemilihan kapten dan ketua cheers yang baru, karena kapten yang lama cedera dan ketua cheersnya pindah sekolah.
“Kiara, Jesica, Clara” teriak Salsa senang sambil setengah berlari kearah Kiara dan yang lainnya yang sedang duduk di bangku kantin. Seluruh orang yang sedang berada di kantin melihat kearah Salsa.
“Kenapa sih Sa? Seneng banget deh?” tanya Kiara bingung melihat tingkah laku temannya. “Lo tau Ra? Gw jadi kapten sekaligus ketua tim cheers sekolah” jawab Salsa senang.
“Serius lo Sa?” tanya Jesica kaget. Salsa hanya mengangguk. Wajahnya terlihat senang sekali.
“Wah selamet ya? Akhirnya lo jadi kapten sekaligus ketua cheers yang baru” kata Clara. “Thanks ya” jawab Salsa.
“Jangan lupa traktirannya” kata Kiara. “Iya, tapi nanti ya? Soalnya gw harus latihan dulu, dahhh” kata Salsa sambil meninggalkan mereka.
“Dasar, seneng banget deh tuh anak” kata Jesica. “Maklumlah, namanya juga baru dapet kabar bagus” jawab Clara.
“Ra, lusa tanding jam berapa?” tanya Jesica. “Jam 9, kenapa Jes?” tanya Kiara. “Ga, cuma nanya aja” jawab Jesica.
“Lo udah bisa ikutan tanding Ra?” tanya Clara. Kiara hanya mengangguk. “Kalo lo Cla?” tanya Jesica. “Udah, gw bakalan ikut tanding” jawab Clara.
“Kiara” panggil seorang cewek sambil berjalan ke arah Kiara dan teman-temannya duduk. “Nessa? Kenapa?” tanya Kiara.
“Anak-anak KIR mau protes ke kepsek soal keputusan lo ngebubarin ekskul mereka, tapi cuma yang ceweknya doang” jawab Nessa.
“Mereka ada dimana sekarang?” tanya Kiara. “Ada di depan Lab, rencananya mereka bakalan langsung ke ruang kepsek” jawab Nessa.
“Thanks infonya ya Nes, lo mau apa dari gw?” tanya Kiara. “Ga, gw ga mau apa-apa dari lo, gw cuma mau ngasih tau ini aja” jawab Nessa.
“Masa? Bukannya lo lagi pengen banget ini?” tanya Kiara sambil memperlihatkan tas LV limited edition yang baru dibelinya kemarin. “Atau lo mau yang ini?” tanya Kiara lagi sambil memperlihatkan dress Stella McCartney yang hanya dibuat dua. “Atau lo mau yang lain dari gw?” tanya Kiara. Nessa hanya diam sambil melihat barang-barang yang ditawarkan Kiara kepadanya.
“Ok, kalo gitu, lo ikut sama gw” jawab Kiara sambil berjalan. “Lo mau kemana Ra?” tanya Jesica.
“Ke Lab, mau ikut?” tanya Kiara sambil terus berjalan. Jesica langsung mengajak Clara untuk ikut bersama Kiara untuk mencegah temannya ini melakukan sesuatu. Sesampainya di depan Lab, Kiara melihat anak-anak KIR sedang berkumpul.
“Mau pada kemana?” tanya Kiara sambil tersenyum kepada anak-anak KIR. “Kiara? ngapain lo disini?” tanya Dian, salah satu anak KIR.
“Lo mau pada protes ke kepsek soal bubarnya KIR?” tanya Kiara sambil berjalan mendekati mereka.
“Tau dari mana lo?” tanya Hesti, wakil ketua KIR. “Tapi kok cuma ceweknya doang? Cowoknya mana?” tanya Kiara.
“Ini semua lo yang bikin kan?” tanya Dea, anak KIR yang lain. “Jangan asal nuduh lo” jawab Kiara.
“Kalo bukan lo yang bikin ini, kenapa semua anak KIR yang cowok mendadak ngundurin diri semua?” tanya Hesti.
“Oh, pada ngundurin diri ya?” tanya Kiara sambil tersenyum sinis. “Sial lo” kata Dian mencoba menampar Kiara.
“Mau ngapain lo?” tanya Kiara sambil menahan tangan Dian yang ingin menampar dirinya. Pertengkaran Kiara dengan anak-anak KIR ini langsung menjadi tontonan para siswa yang tak sengaja lewat di depan Lab.
“Gw panggil Salsa dulu, gw titip Kiara bentar” kata Jesica kepada Clara. “Lepasin tangan gw” kata Dian.
“Jangan kira lo bisa nyentuh gw” kata Kiara mulai emosi sambil melepaskan tangan Dian.
“Ra, banyak anak-anak disini, tahan emosi lo” bisik Clara. Kiara melihat sekelilingnya.
“Ngapain lo semua disini? Lo kira kita tontonan? Pergi sana!” kata Kiara dengan suara yang cukup keras. Anak-anak yang tadi sedang melihat, mendadak langsung bubar.
“Udah ga ada orang kan?” tanya Kiara sambil terseyum kepada Clara. Jesica dan Salsa pun datang. “Ada apaan nih?” tanya Salsa bingung.
“Lo ngapain disini Sa? Katanya mau latihan?” tanya Kiara. “Ga jadi, tadi Jesica ngajak gw kesini” jawab Salsa.
“Ra, ini anak ngapain disini?” tanya Salsa begitu melihat Nessa ada di antara anak-anak d’girls.
“Eh Ra, jangan dikira kita ga tau perbuatan lo” kata Hesti. “Apaan maksud lo nyalahin temen gw?” tanya Jesica mulai terpancing emosinya. “Udah Jes, ini biar gw yang ngurus” jawab Kiara.
“Lo yang nyuruh kan semua anak-anak cowok keluar dari KIR?” tanya Dea. “Eh, jangan sok tau lo, tanya dulu ke mereka” jawab Kiara.
“Nessa, lo panggil si Bimo” kata Kiara. Nessa pun langsung berjalan. Sekitar 5 menit kemudian, Nessa datang bersama Bimo.
“Bim, kenapa lo keluar dari KIR? Ada yang nyuruh lo?” tanya Kiara.
 “Ga, ini atas kemauan gw sendiri” jawab Bimo. “Terus anak-anak cowok yang laen?” tanya Salsa.
“Mereka juga sama, rata-rata mereka masuk KIR kan karena ada Kiara, pas tau Kiara keluar, mereka males dan mutusin buat keluar sendiri” jawab Bimo.
“Jadi ga ada yang maksa mereka buat keluar dari KIR?” tanya Clara.
“Ga ada, itu keputusan mereka sendiri” jawab Bimo.
“Lo udah denger kan? Bukan gw yang nyuruh mereka keluar” kata Kiara. Anak-anak KIR langsung diam.
“Udahlah, kita pergi dari sini, males gw ngeladenin mereka, ga penting banget, buang-buang energy gw aja” kata Kiara sambil berjalan meninggalkan anak-anak KIR yang masih diam di depan Lab.
Kiara pun mengajak Bimo, Nessa,  Clara, Jesica dan Salsa untuk ke kantin. “Thanks Nes, Bim, lo tau sekarang apa yang harus lo berdua lakuin kan?” tanya Kiara sambil tersenyum.
“Iya, lo tinggal terima beresnya aja Ra, biar kita berdua yang ngurus ini” jawab Nessa.
“Tenang aja, lo bakalan dapet yang setimpal buat bantuan lo ke gw, buat lo Nes, tas ini bakalan langsung gw kirim ke rumah lo, dan lo Bim, masih pengen Porshe 911 Carrera S Coupé kan? Tenang aja begitu lo nyampe rumah tuh mobil udah ada di garasi lo, atau mau gw anter ke sini aja?” tanya Kiara. Nessa dan Bimo hanya diam saja. Mereka tidak bisa menolak pemberian dari Kiara. Barang yang sangat diinginkan oleh mereka berdua. Nessa dan Bimo pun meninggalkan anak-anak d’girls.
“Apa yang lo lakuin ke anak-anak KIR?” tanya Clara. “Lo mau ngucilin mereka kan?” tanya Jesica. Kiara tidak menjawabnya dan hanya tersenyum.
“Terus kenapa lo nyuruh Nessa sama Bimo?” tanya Salsa bingung. “Kayak lo ga tau aja deh Sa” jawab Jesica.
Vanessa Sasmitro atau yang biasa di panggil Nessa merupakan salah satu pengikut Kiara walaupun Nessa kelas XII. Bisa dibilang Nessa itu anak buah Kiara sejak Kiara masuk Labschool. Nessa yang dulunya sebelum Kiara masuk, merupakan idola para cowok dan banyak pengikutnya seperti Kiara sekarang. Karena popularitas Kiara melebihi dia, Nessa berniat masuk ke D’girls, tapi di tolak oleh Kiara, Jesica dan Salsa. Nessa pun sekarang menjadi antek-antek Kiara. Segala perintah Kiara selalu dia lakukan untuk menjaga agar namanya tetep di kenal oleh anak-anak di Labschool. Nessa termasuk mata-mata dan penghasut yang cukup berpengaruh di mata anak-anak Labschool. Sebenarnya banyak anak-anak SMA Labschool yang bersedia dengan lapang dada dan mencurahkan segala kemampuan mereka menjadi antek-antek Kiara dan teman-temannya agar mereka dapat terkenal walaupun sebagai antek-antek Kiara dan anggota d’girls lainnya. Tapi Kiara dan anak-anak d’girls tidak terlalu memperdulikan keinginan teman-temannya itu.
******
2 hari kemudian, mereka bersiap untuk berangkat ke SMA 1. Clara hari ini ikut pertandingan. Sedangkan Jesica hanya menjadi cadangan. Clara memerintahkan Jesica untuk melihat pertandingan itu lebih seksama. Bagaimana cara Kiara dan Clara bermain dan juga permainan dari lawan. Begitu pula cara Kiara dan Clara melakukan duet maut mereka. Jesica sengaja dipersiapkan Clara agar menjadi penggantinya untuk menjadi pasangan duet maut Kiara di lapangan.
Pertandingan dimulai. Jesica memperhatikan gerakan-gerakan tim lawan dan timnya. Pada babak pertama, Kiara dan Clara belom memainkan duet maut mereka. Mereka sengaja bermain cepat dengan aksi-aksi individu dari Clara, Kiara ataupun pemain lainnya sambil memperhatikan strategi tim lawan.
Babak pertama usai. Score sementara 23-18 untuk keunggulan Labschool. “Ra, ini minum lo” kata Jesica sambil memberikan botol yang baru diambilnya. “Thanks” jawab Kiara sambil duduk di dekat Jesica. Selang dari babak satu ke babak dua diselingi oleh penampilan cheers SMA Labschool. “Itu Salsa” kata Kiara sambil menunjuk salah satu cewek yang ada di tengah lapangan. Mereka memperhatikan Salsa dan timnya. Gerakan mereka bagus dan luwes terutama Salsa.
“Lo udah perhatiin pertandingan tadi?” tanya Clara. Jesica hanya mengangguk. “Menurut lo gimana?” tanya Kiara sambil mengelap keringat yang mengalir di wajahnya.
“Kerja sama timnya sih solid, tapi di bagian guard harus lebih diperketat deh” jawab Jesica. “Bener tuh, dan sekarang kita akan ngagetin mereka dengan strategi yang beda lagi” kata Clara.
Pertandingan pun dimulai kembali. SMA Labschool mengganti formasinya. Kiara dan Clara menjadi guard sedangkan Desi dan Stella menggantikan posisi Kiara dan Clara. Desi dan Stella menjadi pasangan duet maut pencetak angka dan Clara serta kiara menjadi pasangan duet maut penjaga.
Dalam formasi seperti ini, tim SMA 1, sangat susah menembus pertahanan SMA Labshool. Sedangkan dengan mudahnya SMA Labschool mencetak angka ke ring lawan. Pertandingan babak kedua selesai. Dengan formasi baru itu, SMA Labshool jauh memimpin dengan score 48-21. Kemenangan SMA Labschool bertahan hingga akhir pertandingan. SMA Labschool menang dengan score 92-62.
Selesai pertandingan, mereka berkumpul di base camp. “Wah keren tuh tadi, formasi tadi bikin SMA 1 susah” puji Salsa.
“Babak pertama, kita harus bikin mental lawan jatuh, babak kedua kita bikin mereka kerepotan” kata Clara.
“Kalo mental mereka masih kuat juga, bikin mereka kaget dengan formasi duet maut yang baru” tambah Kiara. “Tapi, apa tim kita ga capek?” tanya Jesica.
“Tadi keliatannya gimana?” tanya Clara. “Mereka biasa-biasa aja, ga keliatan capek” jawab Jesica.
“Lo ngalamin sendiri kan latihan basket, pas latihan kita harus bisa meranin posisi mana aja dan dengan siapa pasangan duet kita” kata Kiara.
“Tapi ga semua orang yang ikut basket bisa meranin semua posisi dan cocok sama pasangan mereka” kata Clara.
“Contohnya Sarah, dia lumayan pas di aksi individual dan cocok di posisinya, tapi pas dia harus berpasangan dengan yang lain dia ga bisa ngimbangin, apalagi kalo dia di pindahin posisinya, tiba-tiba dia bisa ngelakuin pelanggaran yang dasar” tambah Clara.
“Jadi lo ngerekrut Jesica karena dia bisa ngelakuin apa yang lo mau?” tanya Salsa. Clara mengangguk sambil tersenyum. Tiba-tiba HP Kiara berbunyi.
“Kenapa?” tanya Kiara. “Lo bisa ke café d’lounge ga?” tanya Nessa. “Ada apaan sih?” tanya Kiara.
“Ada hal penting banget” jawab Nessa. “Yaudah, lo tunggu disana, setengah jam lagi gw sampe” jawab Kiara sambil mematikan teleponnya itu.
“Siapa Ra?” tanya Jesica. “Bukan siapa-siapa, gw pergi dulu ya?” pamit Kiara sambil berjalan ke pintu.
“Lo mau kemana Ra?” tanya Salsa. “Ada hal penting” jawab Kiara sambil membuka pintu. Kiara pun meninggalkan basecamp. Jesica, Salsa dan Clara mengikuti kemana Kiara akan pergi.
Sesampainya di café d’lounge, Kiara bertemu dengan Nessa, Bimo dan teman-temannya yang lain. “Ada apaan?” tanya Kiara sambil duduk di bangku yang sejak tadi memang di kosongkan untuk dirinya.
“Rencana gagal Ra” jawab Nessa. “Hah? Gagal? Bego banget sih lo!” kata Kiara kesal.
“Sorry Ra, padahal gw udah ngancem dia” jawab Bimo takut. “Ngancem? Ngancem gimana?” tanya Kiara bingung.
 “Gw ngancem bakalan ‘make’ dia sambil gw rekam dan rekaman itu bakalan gw sebar kalo dia ga nurut” jawab Bimo. Kiara langsung menampar Bimo.
“Siapa yang suruh lo sampe kayak gitu?! Tolol banget!” tanya Kiara. “Ra, lo tau sendiri kan kalo si Dian itu jablay, tapi dia sok suci” jawab Nessa.
“Lo sama tololnya ya sama Bimo? Gw bilang jangan sampe ada orang yang tau kalo dia jablay, kenapa lo malah ngancem dia bakalan nyebarin rekaman Bimo sama dia?” tanya Kiara kesal.
“Sorry Ra, menurut kita cuma itu anceman yang paling berpengaruh ke Dian” jawab Nessa.
“Lo berdua bilang ke yang laennya stop tentang rencana kita ini, biar gw sendiri yang ngurus” kata Kiara sambil berjalan meninggalkan café itu. Tanpa sepengetahuan Kiara, Jesica, Salsa dan Clara mengetahui rencana sahabatnya itu.

D'Girls part three

5 bulan yang lalu, Kiara dateng ke sekolah terlalu pagi. Saat itu, Kiara masih diantar jemput oleh supir. Ia duduk-duduk dulu di depan kelas. Salsa dan Jesica juga belom dateng. Karena teman-temannya belom juga dateng, Kiara masuk ke kelas untuk menaruh tas. Ketika sedang di dalam kelas, ia mendengar Dinda dan Sitha datang. Mereka duduk di depan kelas. Ketika Kiara ingin keluar, ia mendengar Dinda dan Sitha sedang membahas Kayla dan Keisya, sahabat Kiara sejak SMP.
“Sit, untung ya kita bisa masuk sini, anak dari SMP kita yang bisa masuk sini kan dikit banget, cuma kita berdua sama Kiara satu lg, itu juga mungkin karena dia cucu tunggal pemilik sekolah kali” kata Dinda.
“Iya sih, tapi untung deh, cuma kita bertiga aja, coba tuh si Kayla sama Keisya masuk sini, males banget gw” jawab Sitha.
“Iya bener, kalo mereka berdua masuk sini bukan sekolah elite lagi dong?” tanya Dinda sambil ketawa.
“Iya bener, mereka bisa masuk sini juga, mau bayaran sekolah pake apa? Jual diri mereka?” tanya Sitha sambil tertawa. Dinda juga ikutan tertawa. Kiara yang mendengar dari dalam kelas mulai terpancing emosinya. Tapi ia berusaha untuk menahan perasaan marahnya.
“Denger-denger waktu SMP juga, mereka ga bayaran karena Kiara yang ngebayar semuanya, mereka bisa ya, nyari temen yang tajir buat ngebayarin uang sekolah mereka” kata Dinda.
“Iya sih, gw juga denger, terus kalo jalan katanya selalu Kiara yang ngeluarin uang, mereka cuma ikutan jalannya aja” jawab Sitha.
“Lo inget ga waktu Keisya jadi model iklan sama maen film? Si Kiara sama Kayla udah heboh banget, eh ternyata, dia cuma jadi figuran doang” tambah Sitha sambil tertawa. Dinda pun ikutan tertawa.
“Dasar ya Kiara, mau aja bertemen sama orang yang kayak gitu” kata Dinda.  “Kenapa kita ga coba gabung sama d’girls? Siapa tau kita bisa kayak Kayla sama Keisya, ga bayar sekolah, jalan-jalan gratis, ya ga?” tanya Sitha. Dinda hanya mengangguk sambil tertawa.
“D’girls beda, mereka semua tajir-tajir, tapi kalo Kayla sama Keisya? Mereka orang miskin” kata Dinda. Kiara udah ga bisa menahan emosinya lagi. Ia langsung berjalan keluar.
“Dinda! Sitha!” bentak Kiara. “Kiara? Lo kok ada disini?” tanya Dinda kaget. “Kenapa? Kaget lo?” tanya Kiara.
Mereka berdua hanya diam. “Jadi selama ini pikiran lo berdua, kalo Keisya sama Kayla cuma manfaatin gw doang?” tanya Kiara.
Mereka berdua tidak berani bicara. “Jawab! Jangan ngomongin orang dibelakangnya aja” bentak Kiara. “Iya” jawab Sitha.
“Owh gitu, dan lo berdua bersyukur mereka berdua ga masuk sini?” tanya Kiara marah. Ia sangat membenci orang yang membicarakan teman-temannya dibelakang mereka.
“Iya, kita bersyukur mereka ga masuk sini, kalo mereka masuk sini namanya bukan sekolah elite lagi dong? Jadinya cuma sekolah biasa, karena sembarangan orang bisa masuk sini” jawab Dinda.
“Kalaupun mereka masuk sini, mereka mau bayar pake apa Ra? Ngejablai?” tanya Sitha. “Sialan lo!” kata Kiara sambil menampar Sitha.
Tiba-tiba Jesica dan Salsa datang. “Ada apaan sih? Kok pagi-pagi udah ribut?” tanya Jesica bingung.
“Lo kenapa nampar gw Ra? Emang gw salah apa?” tanya Sitha. “Lo nanya lo salah apa?” tanya Kiara emosi.
Tiba-tiba Kiara menampar Sitha lagi. Jesica dan Salsa keget. “Kiara, ada apaan sih?” tanya Salsa bingung. “Lo berdua tuh sialan ya? Ngatain orang tapi ga nyadar? Ga punya kaca ya?” tanya Kiara sinis.
“Emang kita salah apa? Kita ngomong apa pendapat kita berdua” kata Dinda. “Salah banget! Karena yang lo omongin adalah sahabat-sahabat gw! Dan jangan anggep kerena lo berdua masuk sini lo jadi lebih dari mereka!” bentak Kiara.
“Tapi emang kita lebih dari mereka, buktinya kita mampu sekolah disini” jawab Sitha. “Iya mampu sekolah disini karena lo berdua nyogok kan??” tanya Kiara. Mereka berdua langsung diam.
“Kenapa diem? Malu ya?” tanya Kiara. “Kiara ada masalah apa sih sebenernya?” tanya Jesica. Kiara masih tidak menjawabnya.
“Asal lo tau, gw lebih seneng kalo Kayla sama Keisya yang sekolah disini, dibandingin lo berdua, karena mereka lebih punya otak dibanding lo berdua” kata kiara.
“Mereka punya otak, tapi ga punya duit, sama aja boong” jawab Dinda. “Tetep aja mereka ga akan mampu untuk sekolah disini” tambah Sitha.
“Mereka tuh cuma orang miskin yang ga punya uang yang ngandelin temnnya buat sekolah sama jalan-jalan” kata Dinda. “Cukup! Sekali lagi lo ngatain mereka…” kata Kiara.
“Lo mau apa? Jangan karena lo cucu tunggal pemilik sekolah, lo bisa macem-macem” kata Sitha. “Dan lo Ra, belom tentu lo masuk sini tanpa bantuan dari guru-guru disini” kata Dinda.
Tiba-tiba Kiara menampar Dinda dan Sitha bergantian. “Buat mulut lo yang ga bisa dijaga” kata Kiara.
“Satu hal yang perlu lo tau, gw masuk sini dengan usaha gw sendiri, ga ada bantuan dari siapa-siapa. Kayla dan Keisya sebenernya bisa untuk sekolah disini, tapi mereka nolak, dan lo tau apa, sebenernya mereka ga semiskin yang lo berdua kira” tambah Kiara masih emosi.
“Maksud lo Ra?” tanya Sitha. “Lo tau perusahaan tempat orangtua lo berdua kerja, itu sebenernya punya mereka, mereka sengaja ga bilang, karena mereka ga sombong kayak lo berdua” jawab Kiara. Sitha dan Dinda langsung diam.
“Kaget kan lo berdua, dan sebenernya gw bisa dengan gampang ngeluarin lo berdua dari sini, tapi gw ga akan ngelakuinnya” kata Kiara.
“Gw kasih pilihan ke lo, lo mau keluar dari sini dengan sendirinya atau gw yang ngeluarin lo berdua dengan gossip yang ngebuat orangtua dan lo berdua malu” tambah Kiara.
“Tapi kenapa kira harus keluar?” tanya Dinda. “Karena gw ga mau ngeliat lo disini, males gw ngeliat lo tiap hari, jadi pilihan lo berdua apa? Keluar apa dikeluarin?” tanya Kiara.
“Kita keluar sendiri” jawab mereka berdua.
******
“Lo ngerti kan Clara?” tanya Salsa. Clara hanya mengangguk. “Jadi, kita liat apa yang bakalan terjadi sama anak-anak KIR” kata Jesica.
“Eh sorry lama, tadi nyokap telepon” kata Kiara sambil duduk disebelah Jesica. “Ga pa-pa kok” jawab Jesica. “Nyokap lo kenapa Ra?” tanya Salsa.
“Ga pa-pa, Cuma nanyain kabar gw doang, sama nanyain gw lagi ada dimana” jawab Kiara. “Lo cerita soal tangan lo ini?” tanya Clara.
“Ga” jawab Kiara. “Kenapa ga Ra?” tanya Jesica. “Mau heboh nanti nyokap gw? Mendingan ga gw kasih tau” jawab Kiara.
“Ra, besok lomba KIR kan?” tanya Clara. “Tau deh, bodo amat gw” jawab Kiara. “Eh Ra, makan yuk?” ajak Jesica. “Makan dimana?” tanya Kiara.
“Tempat biasa aja” jawab Salsa. “Boleh tuh, udah lama juga kita ga kesana” jawab Kiara.
“Emang pada mau kemana sih?” tanya Clara. “Ke tebet, disana ada tempat makan favorite kita” jawab Jesica.
Mereka pun berangkat kesana. Kiara dan Clara satu mobil, sedangkan Salsa dan Jesica membawa mobilnya masing-masing. Sesampainya disana, mereka langsung turun dan duduk di meja favorit mereka. “Halo mas Dimas” sapa Jesica.
“Hai, Baru keliatan lagi nih? Kemana aja?” tanya mas Dimas. “Iya nih, lagi sibuk” jawab Kiara.
“Tangan lo kenapa Ra?” tanya mas Dimas. “Abis tanding basket dia” jawab Salsa. “Menang apa kalah nih?” tanya mas Dimas.
“Menang dong” jawab Kiara. “Wah, selamat ya, berarti lo gw diskon hari ini” kata mas Dimas. “Serius nih?” tanya Salsa.
“Serius gw, eh ada tambahan nih di genk lo?” tanya mas Dimas. “Iya, kenalin namaya Clara, dia kapten tim basket cewek di sekolah gw” jawab Kiara sambil memperkenalkan Clara.
“Oh jadi ini duet mautnya Kiara kalo lagi ada di lapangan basket?” tanya mas Dimas. Kiara hanya mengangguk.
“Mau pada pesen apa nih? Yang biasa?” tanya mas Dimas. “Iya, lo mau apa Cla?” tanya Jesica. “Samain aja deh” jawab Clara.
“Owh ok, berarti pesenan kayak biasa 4, ada yang laen ga?” tanya mas Dimas. “Itu dulu kali ya, ntar gampang lah kalo mau nambah” jawab Salsa.
“Ok, di tunggu ya” kata mas Dimas sambil masuk ke dalam café. “Itu siapa Ra?” tanya Clara. “Owh itu namanya mas Dimas, dia yang punya café ini” jawab Kiara.
“Kok lo bisa kenal sama dia?” tanya Clara. “Dulu, kita sering banget kesini, dan kenalan sama dia, terus Jesica juga sempet jadian sama dia” jawab Salsa. “Serius? Lo pernah jadian sama dia?” tanya Clara.
Jesica hanya mengangguk. “Owh pantes aja, keliatan deket banget” jawab Clara. Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan datang. “Ini makanannya” kata mas Dimas. “Makasih ya mas” kata Jesica.
“Tumben cepet banget?” tanya Salsa. “Iyalah, gw nyuruh kokinya masak punya lo duluan baru yang laen, soalnya tampang lo semua kayak orang kelaperan” kata mas Dimas.
“Enak aja” kata Kiara. “Becanda Ra” kata mas Dimas sambil tertawa. Yang lainnya pun ikutan tertawa.
Selesai makan di tebet, Kiara da teman-temannya itu berniat ke PIM (pondok indah Mall) untuk jalan-jalan dulu. Sesampainya di PIM 2, mereka memarkirkan mobilnya di parkiran atas karena mereka males kalau harus parkir di basement. Ketika mereka keluar dari mobil, mereka menjadi pusat perhatian karena baru keluar dari mobil yang sangat jarang ditemui di Indonesia. Setiap mata memandang ke arah mereka berempat.
Walaupun mobil mewah bukan pemandangan langka di PIM, tapi tetap saja, kedatangan ‘para cewek’ itu mengundang perhatian karena mobil mereka juga termasuk limited edition di Indonesia. Kiara dan teman-temannya tidak menghiraukan pandangan yang tertuju pada dirinya dan teman-temannya itu. Mereka memilih untuk langsung masuk ke dalam PIM.
“Ra, mau kemana dulu nih?” tanya Salsa sambil melihat sekeliling. “Ke Zara bentar, ada yang mau gw beli” jawab Kiara sambil berjalan ke salah satu counter Zara yang ada disana. Kiara pun memilih baju yang ada disana.
“Lo ga pada beli?” tanya Kiara sambil mencoba salah satu baju yang tadi diambilnya. “Ga deh Ra, lagi seret gw, udah limit kartu gw” jawab Jesica.
“Jes, Jes, udah mana yang lo mau? Ini?” tanya Kiara sambil mengambil baju yang baru ditaruh Jesica.
“Iya, lo liat harganya” jawab Jesica sambil menunjukan label harga yang tertera di dress itu. Lima ratus ribu.
“Lo mah enak kartu lo ga ada limitnya, jadi lo bisa beli apa aja” kata Salsa. “Ya makanya, lo pilih mau yang mana, biar gw yang bayar” jawab Kiara.
“Serius?” tanya Salsa kaget sekaligus senang. Kiara hanya mengangguk.
“Lo juga Cla” kata Kiara sambil memilih baju-baju yang lain.
Setelah memilih beberapa baju, Kiara dan teman-temannya iu langsung menuju kasir. “Ini semua mbak?” tanya kasir itu. Kiara hanya mengangguk. Si kasir pun mulai menghitung belanjaan Kiara. “Semuanya jadi lima juta tiga ratus ribu rupiah” kata si kasir. Kiara memberikan kartu kreditnya kepada si kasir. Setelah menggesekan kartu itu, si kasir mengembalikannya lagi.
“Ra, lo ga salah belanja sampe lima juta gini? Bokap lo ga bakalan ngamuk?” tanya Clara bingung dengan adik kelasnya itu.
“Ga, gw mah udah biasa kali kayak gini, minggu kemaren, gw beli buku sampe tiga jutaan” jawab Kiara sambil terus berjalan.
“Beli buku apaan Ra? Kok ga ngajak-ngajak kita sih?” tanya Jesica.
“Semua novel yang ada di toko buku gw beli, si mbak-mbak yang ada di toko buku aja sempet bingung, nih anak gila kali ya beli novel sampe semua judul yang baru ada di beli” jawab Kiara sambil tertawa.
“Gila lo Ra, sampe lo borong gitu” kta Salsa ikutan tertawa.
******
Keesokan harinya, Kiara dan yang lainnya datang ke sekolah bersamaan. Setelah memarkirkan mobil mereka, mereka langsung masuk ke dalam sekolah. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba pak Hadi memanggil Kiara.
“Kiara” panggil pak Hadi dari depan ruang guru. “Eh, gw nemuin pak Hadi dulu, lo ke kantin duluan aja, nanti gw nyusul” kata Kiara. Mereka hanya mengangguk sambil berjalan ke kantin. “Ada apa pak?” tanya Kiara.
“Kamu serius dengan apa yang kamu katakan?” tanya pak Hadi. “Iya pak” jawab Kiara. “Tapi kenapa Kiara?” tanya pak Hadi.
“Anak-anak ga mau saya ikut lomba KIR, lebih baik saya mengundurkan diri” jawab Kiara. “Tapi, bapak berharap kamu masih mau ikut lomba itu” kata pak Hadi.
“Tapi maaf ya pak, keputusan saya sudah bulat, saya ga akan ikut lomba itu” jawab Kiara. Ia yakin akan keputusannya itu.
“Oh ya pak satu lagi, tolong bilang ke anak-anak KIR yang sombong itu, kalo misalnya mereka kalah dalam pertandingan nanti, KIR akan saya bubarkan” tambah Kiara.
“Apa? Dibubarkan? Tapi kenapa?” tanya pak Hadi. “Karena sudah tidak menghasilkan prestasi yang membanggakan bagi sekolah ini” jawab Kiara.
“Berarti saya sebagai Pembina KIR juga…”kata pak Hadi.
“Tenang aja pak, saya tau bapak telah memperjuangkan saya untuk ikut lomba itu, saya juga yakin bapak berhasil menjadi Pembina KIR karena bapak telah memberikan prestasi yang membanggakan bagi sekolah ini, bapak akan tetap menjadi guru disekolah ini, karena peristiwa ini bukan karena kesalahan bapak” jawab Kiara.
“Tapi nama baik bapak akan menjadi taruhannya” lanjut Kiara.
Setelah menemui pak Hadi, Kiara langsung menemui teman-temannya di kantin. Tapi mereka semua tidak ada. Kiara hanya melihat Clara dengan anak-anak kelas XII. “Eh Clara, lo gabung sama d’girls?” tanya Ines, ketua genk cabo.
“Kalo iya, kenapa? Ga suka lo?” tanya Kiara tiba-tiba ada di belakang Ines. “Eh lo Ra, kita pergi dulu” kata Anisa dan yang lainnya ketika melihat Kiara.
“Dasar, Clara, lo ga pa-pa kan?” tanya Kiara. “Ga kok, untung lo dateng, thanks ya” kata Clara.
“Ra, kok lo disini?” tanya Salsa yang tiba-tiba dateng. “Lo kemana? Tadi bilang mau ke kantin?” tanya Kiara.
“Sorry, tadi gw kebelet pipis, oh ya, tadi gw ngeliat ada anak-anak cabo dari sini, ngapain?” tanya Jesica.
“Tadi mereka mau ngelabrak Clara, karena dia bareng sama kita” jawab Kiara.
“Sorry ya Clara, coba tadi kita nemenin lo” kata Salsa. “Udah ga pa-pa kok, tadi untung aja Kiara dateng” jawab Clara.
“Ra tadi kenapa pak Hadi manggil lo?” tanya Jesica sambil duduk di tempat biasa.
“Dia tetep minta gw untuk ikut lomba itu” jawab Kiara sambil duduk disebelah Jesica.
“Terus? Lo ikut?” tanya Clara. “Ga! Males banget gw gabung sama anak-anak yang ga suka sama gw” jawab Kiara.
“Tapi Ra, apa ga sebaiknya kalo lo ikut lomba itu?” tanya Salsa. “Ga akan, untung gw mikir nama baik sekolah ini, kalo ga udah gw bubarin tuh KIR dari kemaren” jawab Kiara.
“Udah, tenang Ra, jangan emosi” kata Jesica mencoba menenangkan temannya yang sedang emosi. “Eh, ntar malem clubbing yuk?” ajak Salsa.
“Boleh, dimana?” tanya Kiara. “X2, plasa senayan, mau ga?” tanya Salsa. “Boleh, lo ikut Jes?” tanya Kiara. “Tentu” jawab Jesica.
“Clara, lo ikut ga?” tanya Salsa. “Belom dapet jatah gw” jawab Clara.
“Yaelah, X2 doang, gw yang bayarin, sekalian traktiran gw dan ucapan terima kasih gw buat lo bertiga karena udah bantuin pas pertandingan kemaren” kata Kiara.
“Bener Ra?” tanya Jesica. “Tapi setelah kita liat lomba KIR” jawab Kiara. “Ngapain Ra? Lo mau liat lomba KIR?” tanya Clara.
“Gw mau liat aja mereka gimana” jawab Kiara sambil tersenyum penuh arti. Jesica dan yang lainnya tambah cemas dengan maksud kehadiran Kiara di lomba itu. Sepulang sekolah, Kiara, Jesica, Clara dan Salsa pun pergi melihat lomba KIR.
Ketika sampai disana, nilai sekolah Kiara telah jauh tertinggal dibanding lawannya. “Dasar! Sampe kalah liat aja” kata Kiara sambil terus memperhatikan lomba tersebut. Pertandingan pun usai. Sekolah Kiara kalah. Kiara pun berjalan menuju pak Hadi dan anak-anak KIR lainnya berkumpul.
“Pak maaf ya sesuai yang tadi saya sampaikan ke bapak, mulai besok KIR resmi ditutup” kata Kiara.
“Ditutup? Kenapa Ra?” tanya Clara kaget. Begitu pula dengan anak-anak KIR yang ada disana.
“Karena prestasi KIR tidak membanggakan lagi” jawab Kiara datar. Begitu juga dengan ekspresi wajahnya. “Apa hak lo nutup KIR? Kita baru kalah satu kali, kenapa lo ga nutup tuh ekskul-ekskul laen yang ga ada prestasinya?” tanya salah satu anak KIR.
“Emang lo udah bilang ke kepsek mau ngebubarin KIR? Lo ga bisa ngebubarin gitu aja, tanpa ada persetujuan dari kepsek” kata salah satu anak KIR.
“Gw punya hak lagi untuk ngebuat atau ngebubarin ekskul yang ada di sekolah, kan lo semua yang bilang kalo gw ini cucu tunggal pemilik sekolah, jadi apapun bisa gw lakuin dan boleh-boleh aja kan?” tanya balik Kiara. Tatapannya sinis ke anak-anak KIR itu.
“Kalo soal kepsek, lo semua lupa ada Salsa disini, lo semua tau kan Salsa siapa? Keponakan kepsek” kata Kiara sinis.
Anak-anak KIR yang lain tidak dapat menjawabnya. Perkataan Kiara benar. “Satu hal lagi yang harus kalian semua tau, gw ga mungkin ngebubarin ekskul laen walaupun mereka ga ada prestasinya, kalian tau karena apa? Karena mereka ga nyari masalah sama gw. Ngerti kan lo semua?” kata Kiara sambil tersenyum sinis.
 “Ayo kita pergi, sekali lagi maaf pak” tambah Kiara sambil mengajak ketiga temannya yang lain pergi dari sana. Ia pun berjalan meninggalkan anak-anak KIR itu.
Jesica, Salsa dan Clara tidak dapat berbicara lagi. Kekhawatiran mereka benar, tapi tidak ada yang berani menentang keputusan Kiara. Mereka mengikuti Kiara pergi.
******
Malam harinya, mereka pun berangkat ke plasa senayan. Sesampainya disana, Kiara langsung memarkirkan mobilnya, dan langsung menuju X2. “Eh Sa, lo temuin orang yang biasa, bilang kita mau duduk di tempat biasa” kata Kiara.
“Ok bos” jawab Salsa. Baru beberapa langkah berjalan, orang yang mereka cari menghampiri mereka. “Malem non Kiara, non Salsa, non Jesica dan?” tanya pak Chandra manager X2.
“Melem pak, kenalin ini Clara, mulai sekarang dia akan gabung bareng kita” jawab Kiara. “Malem non Clara” sapa pak Chandra. “Malem pak” jawab Clara.
“Pak tempat kita kosong kan?” tanya Salsa. “Tentu, ruangan itu kan sengaja dibuat khusus untuk d’girls” jawab pak Chandra. “Bagus deh, kalo gitu, kita kesana yuk?” ajak Kiara.
Mereka hanya mengangguk dan berjalan menuju ruangan di sebelah DJ. Di pintu masuknya tertulis D’girls dengan tulisan warna warni. Masuk ke dalam, ruangan tersebut tidak berbeda dengan yang lain. Hanya saja si setiap benda yang ada di ruangan tersebut, tertulis nama d’girls. “Sumpah Ra keren banget” kata Clara.
“Biasa aja kali, ruangan ini khusus kita dekor buat anak-anak d’girls” jawab Kiara. “Non, mau yang seperti biasa?” tanya pak Chandra.
“Iya pak, sekalian tolong buatin member VIP d’girls buat Clara” jawab Kiara. “Baik non, di tunggu sebentar” kata pak Chandra sambil berjalan keluar ruangan tersebut.
“Ra, lo serius mau ngebubarin KIR?” tanya Salsa. “Serius banget gw” jawab Kiara.
“Tapi apa mereka ga akan bales dendam sama lo?” tanya Clara. “Bales dendam? Kalo mereka ga mau sekolah lagi sih mungkin aja” jawab Kiara. “Ga mau sekolah lagi? Maksud lo Ra?” tanya Clara bingung.
“Gini Clara, sekolah kita tuh punya banyak koneksi sama sekolah-sekolah laen, baik negeri ataupun swasta dan misalnya kalo ada murid sekolah kita yang keluar karena ada masalah sama sekolah, jangan harep ada sekolah yang mau nerima dia” jawab Jesica menjelaskan.
“Owh gitu” kata Clara. Kiara hanya mengangguk. ”Jes, Sa, lo berdua kan bisa maen basket, kenapa ga ikut ekskul basket aja?” tanya Clara.
“Kalo gw sih bisa maen basket, tapi gw lebih pengen ikut cheers” jawab Salsa. “Kalo lo Jes?” tanya Clara.
“Saingannya berat-berat” jawab Jesica. “Maksud lo?” tanya Kiara bingung.
“Iya, ada lo, Clara, Desi, Stella, yang jago banget maen basket, sedangkan gw?” tanya Jesica.
“Jes, gw, Desi, Stella, taun ini taun terakhir maen basket, taun depan kita udah ga boleh ikutan tanding basket lagi” jawab Clara.
“Dan gw rasa, kalo lo ikut latihan terus, lo bakalan bisa kayak Kiara, Desi, Stella atau gw, dan yang pasti dari pertandingan kemaren gw yakin kalo lo sebenernya ada bakat” tambah Clara.
“Jadi gw minta mulai besok, setiap ada latihan basket, lo harus ikutan” pinta Kiara.
“Bener, dan satu hal lagi, gw akan ngelatih lo supaya bisa ngegantiin gw jadi duet mautnya Kiara” tambah Clara.
Jesica hanya diam. Tak lama kemudian, Jesica mengangguk. “Gw pengen nambahin anggota d’girls deh” kata Kiara sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Maksud lo?’ tanya Salsa bingung. Kiara baru pertama kali bilang ia mau menambahkan angggota d’girls.
“Anak d’girls jangan cuma kita berempat aja” jawab Kiara. “Berempat? Emang siapa aja Ra?” tanya Clara.
“Gw, Kiara, Salsa, dan lo” jawab Jesica. “Gw? Gw termasuk anak d’girls?” tanya Clara bingung.
“Ya iyalah, lo kan udah kita kasih member khusus anak d’girls, berarti lo gabung sama kita” jawab Salsa.
“Atau lo ga mau gabung sama kita Cla?” tanya Kiara sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Bukannya gitu Ra, gw mau banget malah, siapa sih anak Labschool yang ga mau gabung sama D’girls?” tanya Clara.
“Terus?” tanya Jesica. “Gini, kalau gw masuk d’girls, apa ga aneh? Gw kan bukan siapa-siapa di Labschool? Lo Jes, anak penyumbang dana kedua terbesar setelah Kiara, Salsa keponakan kepsek, lo Ra, siapa sih yang ga kenal Kiara? cucu pemilik sekolah, lo bertiga udah punya tampang dan modal buat tenar, lo bertiga tajir, sedangkan gw?” tanya Clara.
“Clara, buat kita mau lo tajir atau ga bukan masalah, mau lo tenar atau ga juga ga masalah, kita nyaman bertemen sama lo, itu aja cukup buat kita, lo juga ga manfaatin kita buat lo jadi tenar, so ga ada masalah buat kita” jawab Kiara.
“Bener tuh kata Kiara” kata Salsa. “So, you want to join us?” tanya Kiara. Clara hanya tersenyum sambil mengangguk.
“Gw pengen anak d’girls minimal 6 orang deh, biar rame gitu” kata Kiara. “Yaudah, kalo gitu, kita adain seleksi masuk d’girls aja” saran Salsa.
“Ga ah, norak” jawab Kiara. “Biar kita tambah eksis tau” kata Salsa. “Ga ah Sa, bisa turun reputasi kita” jawab Kiara.
“Terus lo maunya gimana?” tanya Jesica. “Kalo misalnya lo nemuin calon yang cocok buat gabung di genk kita, lo kasih ke gw dulu, yang pasti sih…” kata Kiara.
“Harus sesuai sama lo” potong Salsa dan Jesica. Kiara hanya tersenyum. Tiba-tiba pak Candra masuk.
“Permisi non, ini pesanannya dan ini kartu member VIP untuk non Clara” kata pak Candra sambil memberikan kartu yang ada di tangannya.
“Makasih ya pak” kata Clara. “Oh ya pak, hari ini siapa DJnya?” tanya Salsa.
“Hari ini Radit DJnya” jawab pak Candra. “Oh, makasih ya pak” kata Jesica. Pak Candra pun keluar dari ruangan itu.